Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti kasus bangkrutnya Silicon Valley Bank (SVB) yang terjadi pada Jumat (10/3/2023). Sri Mulyani mengatakan bahwa SVB merupakan salah satu bank kecil di Amerika Serikat. Namun, gagalnya bank tersebut memberikan dampak yang sangat signifikan pada pasar keuangan AS.
“ini yang menggambarkan even bank kecil seperti SVB dalam ukuran AS yang jumlah asetnya bisa mencapai Rp1,3 kuadriliun atau US$ 200 miliar aset SVB bisa goyang seluruh kepercayaan sektor keuangan mereka,” katanya dalam konferensi pers APBN Kita, Selasa (14/3/2023).
Sri Mulyani menyampaikan bahwa salah satu pemicu dari gagalnya SVB adalah kenaikan suku bunga bank sentral AS yang signifikan sejak tahun lalu untuk menurunkan laju inflasi.
Berdasarkan data terakhir, inflasi di AS telah turun ke tingkat 6,4 persen. Namun, posisi ini masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan tingkat suku bunga The Fed sebesar 4,74 persen.
The Fed pun masih memberikan sinyal akan melanjutkan kebijakan suku bunga yang hawkish.
“Sampai kemudian terjadi musibah penutupan SVB yang menimbulkan suatu kondisi krisis kepercayaan sehingga Federal Reserve dan Federal Deposit Insurance Corporation [FDIC] serta treasury harus turun tangan dengan menjamin seluruh depositnya,” jelas Sri Mulyani.
Baca Juga
Menurutnya, gagalnya SVB perlu menjadi perhatian global mengingat bank sentral dunia, utamanya negara maju masih akan bergerak agresif dalam menaikkan suku bunga acuan.
“Inflasi serta bagaimana policy rate akan menjadi faktor yang harus diperhatikan dan diperhitungkan untuk tidak menimbulkan suatu ekses atau dampak dari kebijakan moneter yang dilakukan negara maju,” tutur Sri Mulyani.