Bisnis.com, JAKARTA – Penyaluran kredit perbankan Indonesia mulai tumbuh pesat pada Februari 2023, didorong oleh kinerja moncer debitur korporasi.
Berdasarkan laporan Analisis Uang Beredar Februari 2023 yang dirilis Bank Indonesia (BI) baru-baru ini, kredit yang disalurkan oleh perbankan mencapai Rp6.348 triliun pada Februari 2023, tumbuh 10,4 persen secara tahunan (year on year/yoy), setelah bulan sebelumnya tumbuh 10,2 persen yoy.
"Perkembangan penyaluran kredit terutama terjadi pada golongan debitur korporasi yang tumbuh 11 persen yoy," tulis laporan BI tersebut pada beberapa waktu lalu.
Kredit korporasi pada Februari 2023 itu tumbuh lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 10,4 persen yoy. Sementara, kredit perseorangan malah menunjukkan perlambatan pertumbuhan dari tumbuh 10 persen pada Januari 2023, menjadi hanya tumbuh 9,8 persen pada Februari 2023.
Berdasarkan jenis penggunaannya, perkembangan penyaluran kredit pada Februari 2023 terutama disebabkan oleh perkembangan kredit investasi.
Kredit investasi pada Februari 2023 tumbuh 11,8 persen yoy menjadi Rp1.686,4 triliun. Pertumbuhan kredit investasi didorong oleh kinerja moncer kredit di sektor industri pengolahan yang tumbuh 22,9 persen yoy menjadi Rp294 triliun.
Baca Juga
"Pertumbuhan kredit di sektor industri pengolahan ini seiring dengan perkembangan pada industri semen, kapur dan gips, serta barang-barang dari semen, dan kapur di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan," tulis laporan BI.
Sementara itu, kredit modal kerja pada Februari 2023 tumbuh stabil 10,1 persen menjadi Rp2.817 triliun. Kemudian, kredit konsumsi tumbuh 9,5 persen yoy pada Februari 2023 menjadi Rp1.844,5 triliun.
Selain itu, penyaluran kredit kepada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) pada Februari 2023 mencapai Rp1.255 triliun, naik 8,6 persen yoy.
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan intermediasi perbankan terus meningkat sehingga mendukung upaya memperkuat pertumbuhan ekonomi.
Perry mengatakan penyaluran kredit yang tinggi pada Februari 2023 didorong oleh tersedianya sisi penawaran sejalan dengan kondisi likuiditas yang memadai dan standar penyaluran kredit perbankan yang longgar. Dari sisi permintaan, Perry mengatakan kenaikan kredit juga ditopang oleh permintaan dari korporasi termasuk UMKM dan konsumsi rumah tangga yang terus membaik.
Selain itu, peningkatan kredit juga menurut Perry didukung oleh kebijakan BI yakni insentif makroprudensial berupa pengurangan giro wajib minimum (GWM) bagi bank yang menyalurkan kredit kepada sektor prioritas dan inklusif.
"Ke depannya, BI akan terus mendorong perbankan untuk meningkatkan intermediasi guna mendukung pemulihan ekonomi," kata Perry.