Bisnis.com, JAKARTA — Holding BUMN Asuransi dan Penjaminan, Indonesia Financial Group (IFG) menargetkan rasio kesehatan keuangan atau risk-based capital (RBC) PT Asuransi Jiwa IFG (IFG Life) berada di angka 135 persen pada tahun ini. Nilai ini tumbuh dari capaian akhir tahun lalu yang berada pada level RBC 127,86 persen.
Meskipun demikian, target itu turun jika dibandingkan dengan periode 2021 yang mencapai 223,6 persen.
Direktur Utama IFG Hexana Tri Sasongko mengatakan penurunan nilai RBC IFG Life pada 2022 dikarenakan optimalisasi kapasitas keuangan IFG Life untuk menerima pengalihan polis PT Asuransi Jiwasraya (Persero) atau Jiwasraya.
“RBC turun karena dananya sudah masuk duluan, kemudian begitu labilitas pindah dari Jiwasraya itu kan kepakai, berarti turun [RBC],” jelas Hexana saat ditemui usai rapat kerja bersama Komisi VI DPR RI di Kompleks Senayan, Jakarta, Rabu (12/4/2023).
Hexana menuturkan bahwa perusahaan juga mendorong kinerja IFG Life dengan menjaga RBC berada di rentang 120 - 135 persen selama masa pemindahan atau pengalihan polis Jiwasraya ke IFG Life guna optimal penggunaan modalnya. Hal itu sejalan dengan target yang dipasang IFG Life dapat menuntaskan pengalihan polis Jiwasraya di tahun ini.
“Setelah itu, targetnya kita akan menuju [RBC] 200 persen di masa depan. Tapi sampai akhir tahun [2023] RBC 135 persen,” ujarnya.
Baca Juga
Adapun sepanjang 2023, Hexana menyampaikan IFG Life akan menggarap dan mengembangkan lini bisnis baru untuk menopang kinerja perusahaan. Pertama, monetizing captive business.
Hexana menjelaskan bahwa rencana bisnis model ini dibawa dari Asuransi Jiwasraya dengan produk-produk proteksi yang telah ditambahkan. Selanjutnya yang kedua, perusahaan juga akan masuk ke produk inhealth. Ketiga, IFG Life juga akan menjajaki bisnis ritel, pengembangan digitalisasi, serta masuk ke DPLK.
Selain itu, IFG Life juga menjalin kerja sama pengembangan bancassurance dengan salah satu bank Himbara dengan produk berbasis proteksi. Hexana mengatakan bahwa IFG tidak mengarahkan IFG Life untuk mengembang akan produk investasi seperti sebelumnya, melainkan kembali pada produk berbasis proteksi.
“Tapi kami fokus pada proteksi. Kami enggak jualan dengan motif investasi lagi. Produk unit-linked ada produk baru kombinasi tetapi juga berbasis proteksi,” tandasnya.