Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Jago Tbk. (ARTO) meraup laba bersih sepanjang tiga bulan pertama sebesar Rp17,5 miliar. Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu, angka tersebut turun 8 persen (year-on-year/yoy) dari Rp18,93 miliar.
Mengacu pada laporan publikasi perseroan, penurunan laba ARTO tersebut seiring dengan meningkatnya angka kerugian nilai aset keuangan atau impairment yang meroket 123 persen menjadi Rp133,48 miliar dari posisi sebelumnya Rp59,87 miliar.
Di samping itu, hingga Maret 2023 beban operasional ARTO juga tercatat mengalami penebalan mencapai Rp407,77 miliar atau meningkat 39 persen secara tahunan.
Namun demikian, sisi top line bank mengalami peghijauan. ARTO diketahui membukukan pendapatan bunga tumbuh 40 persen secara yoy. Meski beban bunga juga meningkat menjadi Rp64,38 miliar, pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) bank tetap tumbuh 34 persen menjadi Rp422,72 miliar.
Pendapatan berbasis komisi (fee based income) juga tumbuh 108 persen menjadi Rp5.919 dari posisi sebelumnya Rp2.848. Kemudian, ARTO juga mencatat pendapatan lainnya meroket 334 persen menjadi Rp22,85 miliar hingga Maret 2023 dari Rp5,26 miliar pada periode yang sama di tahun sebelumnya.
Dari sisi intermedasi, penyaluran kredit dan pembiayaan syariah Bank Jago tumbuh 76 persen mencapai Rp10,84 triliun. Pertumbuhan ini tercapai berkat strategi penyaluran kredit dan pembiayaan syariah melalui kolaborasi dengan berbagai mitra (partner), seperti ekosistem dan platform digital, perusahaan pembiayaan, dan lembaga keuangan lainnya.
Baca Juga
Seiring dengan pertumbuhan tersebut, kualitas aset bank berada dalam posisi terjaga, tercermin dari rasio kredit bermasalah atau (non-performing loan/NPL) gross di level 1,5 persen atau berada di bawah rata-rata industri perbankan.
Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar menuturkan bahwa dalam menyaluran kredit, Bank Jago melakukannya secara hati-hati dan terukur dengan tetap memperhatikan peluang ekspansi yang ada.
“Kami percaya kolaborasi adalah cara yang paling efektif untuk memberikan pembiayaan kepada lebih banyak nasabah tetapi dengan tetap memperhatikan risiko kredit agar Bank Jago dapat tumbuh secara berkelanjutan,” ujarnya.
Pertumbuhan kredit dan pembiayaan syariah tersebut mendorong aset Bank Jago mencapai Rp18,02 triliun. Sementara rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) sebesar 79 persen.
Dari sisi pendanaan, Bank Jago membukukan himpunan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh sebesar 120 persen atau menjadi sebesar Rp9,28 triliun per Maret 2023 dari Rp 4,21 triliun per Maret 2022.
Peningkatan DPK didorong pertumbuhan current account and savings account (CASA) sebesar 158 persen dari Rp2,29 triliun pada kuartal I/2022 menjadi Rp5,92 triliun pada kuartal I/2023. Pertumbuhan yang signifikan tersebut mendorong porsi CASA terhadap DPK mencapai 64 persen per akhir Maret lalu.
Kharim menjelaskan bahwa pencapaian ini menunjukkan Bank Jago dapat bertumbuh secara berkelanjutan dengan dukungan fundamental kuat yang telah dibangun sejak tahun sebelumnya.
“Dengan aspirasi meningkatkan kesempatan tumbuh berjuta insan melalui solusi finansial digital yang berfokus pada kehidupan [life-centric digital financial solution], kami akan terus berinovasi dan berkolaborasi agar kami dapat menawarkan produk dan layanan keuangan yang relevan sekaligus membantu lebih banyak orang untuk meningkatkan kehidupan dan keuangannya,” pungkasnya.