Bisnis.com, JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan bahwa nilai tukar rupiah tetap stabil dan cenderung menguat, terutama dipengaruhi oleh tingkat suku bunga acuan Federal Reserve (The Fed) di Amerika Serikat (AS) yang telah mencapai puncaknya.
“BI yakin rupiah akan tetap stabil dan cenderung menguat ke arah nilai fundamental, dengan Fed Funds Rate [FFR] yang sudah mencapai puncaknya,” katanya dalam Konferensi Pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan, Senin (8/5/2023).
Sebagaimana diketahui, The Fed pada pertemuan FOMC Mei 2023 menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) ke tingkat 5-5,25 persen.
The Fed akan kembali melihat dampak dari pengetatan kebijakan moneternya terhadap laju inflasi di Amerika Serikat (AS).
“Kenaikan FFR menjadi 5,25 persen mungkin itu yang terakhir, BI semakin confident rupiah akan menguat. Kemarin memang ada ketidakpastian, sekarang sudah ada kepastian sehingga rupiah akan menguat ke arah fundamentalnya,” jelasnya.
Dia mengatakan BI akan terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah dengan tetap berada di pasar untuk memastikan bekerjanya mekanisme pasar dan nilai tukar rupiah tetap stabil.
Baca Juga
“Demikian juga melalui perluasan penerapan term deposit valas DHE [devisa hasil ekspor] sesuai mekanisme pasar dan terus menambah kecukupan cadangan devisa,” jelasnya.
BI mencatat posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir April 2023 tetap tinggi sebesar US$144,2 miliar, meski sedikit menurun dibandingkan dengan posisi pada akhir Maret 2023 sebesar US$145,2 miliar.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa posisi cadangan devisa tersebut setara dengan 6,4 bulan impor dan berada di atas standar kecukupan internasional 3 bulan impor.
Nilai tukar rupiah pun mengalami penguatan hingga akhir April 2023. Tercatat, per 28 April 2023 nilai tukar rupiah terapresiasi sebesar 6,12 persen secara tahun berjalan (year-to-date/ytd).
Tingkat apresiasi ini lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa negara lainnya di kawasan, misalnya baht Thailand yang terapresiasi sebesar 1,3 persen, rupee India 1,1 persen, dan peso Filipina sebesar 0,67 persen ytd.
“Ke depan nilai tukar rupiah diperkirakan berlanjut didorong surplus transaksi berjalan dan masuknya aliran modal asing sejalan dengan prospek ekonomi yang membaik, inflasi yang rendah, serta imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik,” kata dia.