Fokus UMKM Vendor Proyek Pemerintah
Selain dari sisi teknis, Investree juga berupaya memperkecil risiko gagal bayar dengan menjaring borrower UMKM berkualitas. Buktinya, sejak 2020 Investree bekerja sama dengan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) dalam Lembaga Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) dalam rangka menyalurkan pinjaman kepada para pemenang tender pemerintah di ekosistem tersebut.
Penyaluran pembiayaan untuk pelaku UMKM pemenang tender pemerintah merupakan bentuk dukungan Investree terhadap fokus Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2023, yaitu peningkatan produktivitas untuk transformasi ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Adrian mengungkap bahwa sejak 2020, Investree telah menyalurkan Rp1,2 triliun khusus untuk pembiayaan tender pemerintah. Porsi ini mencakup sekitar 10 persen dari total penyaluran pinjaman Investree sejak pertama kali berdiri sampai sekarang sebesar Rp13,5 triliun.
Melihat portofolio Investree, penyaluran pinjaman ini didominasi oleh penerima pinjaman UMKM dari industri perdagangan barang/jasa, khususnya alat-alat kesehatan, IT dan layanan komputer, serta kreatif.
Terkait kolaborasi dengan ekosistem pengadaan elektronik, selain dengan LKPP, Investree juga sudah bekerja sama dengan beberapa rekanan atau ekosistem antara lain Mbiz, Pengadaan.com, sejumlah pemerintah daerah seperti Pemda Provinsi Jawa Barat, serta KADIN Indonesia dan HIPMI di beberapa wilayah agar lebih mudah menjangkau para pelaku UMKM yang terlibat dalam proyek pengadaan pemerintah.
Dia optimis dapat berkontribusi lebih besar dan pesat kepada lebih banyak pelaku UMKM, khususnya para pemenang tender pemerintah, melalui perluasan penyaluran pinjaman bersama rekanan termasuk Amar Bank dan manajemen risiko yang patuh terhadap regulasi.
"Pada dasarnya semangat kami sama, membangkitkan kinerja bisnis teman-teman UMKM sebagai tulang punggung perekonomian negara dan membuat mereka tangguh menghadapi beragam tantangan,” tambahnya.
Adrian mengatakan seiring terus bertumbuhnya jumlah penyaluran pinjaman sejak pertama kali berdiri, Investree turut meningkatkan kualitas manajemen risiko untuk memberikan rasa nyaman bagi lender dan borrower.
Hal ini terbukti dari rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) Investree berada dalam garis aman, tepatnya sebesar 2,93 persen, lebih lendah dari NPL rata-rata industri yang mencapai 4,3 persen.
"Menyikapi pemberitaan yang sedang marak tentang Investree, pada intinya kami terus berkomitmen untuk memberikan penyelesaian optimal bagi lender dan borrower, termasuk mengirimkan informasi real-time terkait pendanaan kepada lender," ujar Adrian.
Selain itu, Investree juga melakukan peningkatan kualitas komunikasi dengan memperkuat kanal customer support, serta mengakselerasi penyelesaian pinjaman melalui beberapa cara seperti restrukturisasi dan litigasi.