Bisnis.com, JAKARTA - Inklusi keuangan masih menjadi tantangan besar bagi Indonesia, terutama dari sisi keterlibatan para pelaku UMKM menjadi bagian dari ekosistem keuangan digital.
Mastercard sebagai salah satu raksasa teknologi global di industri pembayaran pun mengaku tergerak, dan berupaya mempertajam komitmen untuk ikut berperan mendorong inklusi keuangan di Indonesia, khususnya terkait UMKM.
Navin Jain, President Director, PT Mastercard Indonesia, menjelaskan komitmen ini sejalan dengan potensi pasar digital Tanah Air yang diproyeksi akan mencapai Rp1.700 triliun pada 2025, sehingga pemerintah Indonesia pun menargetkan 30 juta UMKM masuk ke dalam ekosistem digital pada 2024 sebagai bagian dari kampanye Pemulihan Ekonomi Nasional.
Foto: Navin Jain, President Director, PT Mastercard Indonesia
"Indonesia memiliki 64 juta UMKM yang menyumbang 61 persen dari produk domestik bruto [PDB] Indonesia. Namun, hanya 19 juta UMKM yang terlibat dalam ekosistem digital, dan 18 juta lainnya masih membutuhkan akses pembiayaan formal," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (13/6/2023).
Oleh sebab itu, Mastercard Indonesia dalam beberapa tahun belakangan pun terus menjalin kerja sama dengan pemerintah dan sektor swasta untuk mendukung inklusi keuangan UMKM di Tanah Air.
Sebagai contoh, Mastercard baru-baru ini meluncurkan program Mastercard Strive Indonesia, yang akan membantu 300.000 usaha kecil untuk beralih ke dunia digital dan mengembangkan jaringan mereka, mendemokratisasi akses kredit, serta memperkuat ekosistem pendukung usaha kecil.
Program ini akan berlangsung selama tiga tahun ke depan, tepatnya hingga 2025, dengan memberikan pendampingan kepada UMKM untuk adopsi teknologi digital, memperluas jaringan, mempermudah akses terhadap permodalan, dan memperkuat ekosistem pendukung usaha kecil.
"Memastikan literasi keuangan dan mempromosikan pendidikan keuangan dapat membantu upaya inklusi digital dan inklusi keuangan. Dengan memberikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengelola keuangan secara efektif, individu akan lebih siap untuk mengakses dan menggunakan layanan keuangan digital," tambah Navin.
Mastercard sejak 2020 berkomitmen untuk menghubungkan 1 miliar orang dan 50 juta usaha kecil ke ekonomi digital pada tahun 2025. Komitmen ini merupakan perpanjangan dari komitmen Mastercard di tahun 2015 untuk membawa 500 juta orang yang belum memiliki akses digital ke dalam sistem keuangan.
Dorong Literasi Keuangan Digital
Khusus Indonesia, melalui berbagai jenis inisiatif, terutama dari lembaga filantropi Mastercard Center for Inclusive Growth, Mastercard tercatat telah membekali lebih dari 390.000 individu dan usaha kecil dengan literasi digital dan keuangan dalam lima tahun terakhir.
Misalnya, Mastercard meluncurkan program Mastercard Academy 2.0 pada tahun 2019 untuk mendukung agenda transformasi digital Indonesia, dengan tujuan membekali 100.000 masyarakat Indonesia dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk meraih kesuksesan di era ekonomi digital pada tahun 2023.
Program ini telah melampaui targetnya lebih cepat dari yang dijadwalkan, menjangkau lebih dari 280.000 masyarakat Indonesia per Desember 2022. Program ini memiliki tiga alur kerja yang menargetkan anak perempuan usia sekolah yang berfokus pada pendidikan STEM, siswa kejuruan pada pelatihan dan sertifikasi keamanan siber, serta UMKM dan profesional level menengah dalam pendampingan bisnis digital.
Pada tahun 2019, Mastercard dan Bank Commonwealth meluncurkan program MicroMentor Indonesia (MMI) yang berkolaborasi dengan Mercy Corps Indonesia. Turut didukung oleh Kementerian Koperasi dan UKM, MMI merupakan platform pendampingan yang menghubungkan UMKM dengan pendampingan bisnis dan pelatihan keamanan siber, dan telah menjangkau lebih dari 187.000 pelaku UMKM dan 27.000 relawan mentor di Indonesia.
Selain itu, Mastercard dan Grab pun sempat meluncurkan program 'Small Business, Big Dreams' pada 2022 untuk memberikan peningkatan keterampilan digital bagi para pekerja gig economy dan usaha kecil di tiga negara, Indonesia, Filipina, dan Vietnam.
Program hasil kerja sama dengan Grab ini dikembangkan melalui kolaborasi dengan para ahli lokal, serta berlandaskan hasil survei terhadap para mitra pengemudi, mitra pengantaran, dan pelaku usaha kecil, serta tersedia secara gratis untuk seluruh mitra pengemudi, mitra pengantaran, dan mitra merchant Grab.
"Mastercard terus secara aktif bermitra dengan bank-bank lokal dan lembaga keuangan lainnya untuk mengembangkan solusi pembayaran inovatif yang memudahkan. Sebagai contoh, Mastercard bersama dengan Ayoconnect, telah meluncurkan solusi kartu kredit virtual, yang berfungsi sebagai solusi pembiayaan alternatif dengan memungkinkan perusahaan untuk memberikan pinjaman kepada individu yang tidak memiliki rekening bank tradisional," ungkapnya.
Mastercard meyakini bahwa teknologi memiliki potensi besar untuk meningkatkan inklusi keuangan, memberdayakan usaha kecil, dan mendorong terciptanya kesejahteraan berkelanjutan.
Dengan dukungan dari pemerintah dan regulator, Mastercard dapat memberikan kontribusi yang lebih besar, termasuk dalam mendukung penyebaran teknologi penerimaan pembayaran elektronik baru. Inovasi yang lebih besar dan peluncuran solusi pembayaran berbiaya rendah seperti QRIS dapat diupayakan untuk memudahkan akses bagi semua bisnis dan konsumen.
Selain itu, Mastercard melihat bahwa pemerintah Indonesia sebenarnya juga telah menerapkan berbagai kebijakan dan inisiatif yang prospektif dalam meningkatkan akses terhadap layanan keuangan dan mendorong digitalisasi, terutama di daerah pedesaan dan populasi yang belum terjangkau secara memadai.
Pada tahun 2014, pemerintah meluncurkan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yang bertujuan untuk meningkatkan penggunaan metode pembayaran non-tunai dan mempromosikan inklusi keuangan. Inisiatif ini telah berhasil memperluas penggunaan pembayaran elektronik, seperti dompet elektronik dan mobile banking, serta mengurangi penggunaan uang tunai.
Inisiatif lainnya adalah Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI), yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kemiskinan dengan memastikan bahwa semua anggota masyarakat memiliki akses terhadap layanan keuangan berkualitas yang tepat waktu, lancar, aman, dan terjangkau.
"Bank Indonesia menargetkan 45 juta UMKM dapat menggunakan QRIS pada tahun 2023. Oleh karena itu, perlu ada lebih banyak upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesadaran di antara pelaku usaha dan konsumen tentang keuntungan teknologi pembayaran sehingga mereka dapat mulai mengadopsinya untuk kehidupan sehari-hari," tutupnya.