Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pakai QRIS, Pedagang Bebankan Biaya Hingga 10 Persen ke Pembeli

Pengguna QRIS mengeluhkan biaya yang dikenakan oleh pedagang bisa mencapai 10 persen dari transaksi.
Pengguna QRIS mulai mengeluhkan pengenaan biaya tarif transaksi QRIS/ilustrasi/Bank Indonesia
Pengguna QRIS mulai mengeluhkan pengenaan biaya tarif transaksi QRIS/ilustrasi/Bank Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA - Nasabah perbankan dan dompet digital mengeluhkan bahwa pedagang mengenakan biaya berlebih kepada pembeli atau hingga 10 persen dari total transaksi.

Pengguna QRIS mulai mengeluhkan pengenaan biaya tarif transaksi QRIS (Quick Response Code Indonesia Standar) saat berbelanja di warung dan gerai makanan minuman.

Juli, seorang karyawan swasta berusia 33 tahun, mengungkapkan dalam sehari bisa bertransaksi menggunakan Qris hingga 5 kali, mulai dari membeli sarapan, camilan, kopi susu, makan siang, dan makan malam. Dia mengeluhkan bahwa saat ini, semua warung minta penambahan Rp1.000 per scan barcode.

Dia menilai persentase yang diminta tersebut lebih besar dari yang diatur. Padahal, Bank Indonesia hanya mengenakan biaya bagi pedagang usaha mikro menjadi 0,3 persen dari nilai transaksi.

"Tadi pagi saya beli bubur setengah porsi, harganya Rp10.000, lalu tukang bubur minta ditambahkan Rp1.000 menjadi Rp11.000. Angka yang diminta sama tukang bubur lebih dari 0,3 persen," ungkapnya saat ditemui di Jalan Setiabudi, Rabu (12/7/2023).

Juli mengungkapkan bahwa 0,3 persen dari Rp10.000 hanyalah Rp30. Namun, banyak pedagang minta sampai 10 persen dari total transaksinya. Adapun QR Code yang ditempel pada kaca gerobak tukang bubur berasal dari Gopay.

Menurut Juli, pedagang yang menggunakan Qris harus diedukasi oleh regulator sistem pembayaran, agar sejalan dengan regulasi yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Dia juga mengharapkan agar perusahaan penyedia sistem pembayaran juga tidak mengenakan biaya tambahan saat menggunakan Qris.

Alhasil, Juli lebih memilih mengeluarkan selembar uang Rp10.000 untuk membayar bubur, sebab pedagang bubur meminta tambahan Rp1.000 bila menggunakan QR Code.

Saat ditemui terpisah, mahasiswa UPN Veteran Jakarta, Ramdani mengaku telah dikenakan biaya transaksi Rp1.000 dalam setiap transaksi di kantin kampusnya. Sejak tahun lalu, dia telah menambahkan biaya Rp1.000 saat membeli makanan di kantin.

"Harga gado-gado di kantin biasanya Rp15.000, tetapi pedagangnya minta dilebihkan Rp1.000 kalau membayar pakai Qris. Biaya tambahan ini sudah sejak tahun lalu. Ya, saya tambahkan saja kalau sedang tidak memegang uang tunai," tuturnya.

Sejujurnya, Ramdani lebih suka membayar minuman jus, ayam geprek, dan gado-gado pakai QRIS, karena cukup mengeluarkan HP dan membuka aplikasi bank. Namun, dia lebih memilih menggunakan cash, sebab bisa hemat dan tidak ada biaya tambahan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper