Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah perbankan baik dari bank jumbo hingga bank cilik berkilauan mencetak kinerja laba yang moncer pada kuartal III/2023. Namun, terdapat sederet bank yang masih membukukan kerugian hingga boncos.
Salah satu bank yang mencatatkan rugi adalah PT Bank Commonwealth. Berdasarkan laporan keuangannya, unit usaha dari Commonwealth Bank of Australia (CBA) di Indonesia itu mencatatkan rugi bersih sebesar Rp415,83 miliar pada kuartal III/2023, membengkak lima kali lipat lebih atau 452,08% secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan rugi bersih periode yang sama tahun sebelumnya Rp75,32 miliar.
Membengkaknya rugi bersih bank didorong oleh turunnya pendapatan bunga 9,35% yoy menjadi Rp734,47 miliar. Di sisi lain, beban bunga membengkak 13,94% yoy menjadi Rp298,89 miliar.
Alhasil, pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) Bank Commonwealth susut 20,5% yoy menjadi Rp435,57 miliar.
Di tengah kinerja keuangan yang memburuk, beredar kabar Bank Commonwealth akan diakuisisi oleh PT Bank OCBC NISP Tbk. (NISP). Emiten portofolio Lo Kheng Hong ini telah melakukan penandatanganan sale and purchase agreement (SPA) dengan CBA untuk membeli 99% saham di Bank Commonwealth. Estimasi dari nilai rencana transaksi akuisisi Bank Commonwealth oleh NISP ditaksir Rp2,2 triliun.
Baca Juga
OCBC Indonesia juga bermaksud untuk mengakuisisi sisa 1% saham Bank Commonwealth dari pemegang saham lainnya. Rencana akuisisi ini akan memerlukan persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan pemenuhan kondisi lainnya.
CBA memang sejak tahun lalu berniat untuk menjual Bank Commonwealth. Dengan penjualan unit usahanya di Indonesia itu, CBA akan mendapatkan dana segar tambahan.
Selain itu, langkah penjualan Bank Commonwealth menjadi strategi perusahaan untuk keluar dari pasar non-intinya. "Penjualan kepemilikan saham ini sejalan dengan strategi CBA untuk fokus pada bisnis perbankan di Australia dan Selandia Baru," tulis Manajemen CBA di laman resminya pada Kamis (16/11/2023).
Selain Bank Commonwealth, nyatanya masih terdapat bank-bank lain yang membukukan kerugian setidaknya hingga kuartal III/2023. Bank digital milik Emtek Group, Superbank misalnga mencatatkan rugi bersih mencapai Rp254,74 miliar pada kuartal III/2023, membengkak dua kali lipat atau 102,71% dari sebelumnya Rp125,67 miliar pada kuartal III/2022.
Bank digital lainnya, PT Bank Aladin Syariah Tbk. (BANK) juga masih mencatatkan rugi bersih Rp145,73 miliar pada kuartal III/2023. Adapun, bank digital besutan PT Akulaku Silvrr Indonesia yakni PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) memang belum melaporkan kinerja keuangannya pada kuartal III/2023. Namun, berkaca pada kuartal sebelumnya, BBYB masih mencatatkan rugi bersih Rp326,77 miliar.
PT KB Bukopin Tbk. (BBKP) juga masih mencatatkan rugi Rp3,37 triliun pada kuartal III/2023. Bahkan, rugi Bank KB Bukopin membengkak dibandingkan rugi bersih pada periode yang sama tahun sebelumnya Rp2,63 triliun.
Selain itu, PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk. (BEKS) mencatatkan rugi bersih Rp14,52 miliar pada kuartal III/2023. Meskipun, rugi bank susut 88,48% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Upaya Balikkan Keadaan
Meski diterpa kerugian, sederet bank tersebut tengah berupaya untuk membalikan keadaan untuk meraup laba. Direktur Utama Bank Banten Muhammad Busthami mengatakan BEKS mempunyai semangat baru yang dicanangkan sejak 2023 untuk memperbaiki kinerja bisnis.
Beragam strategi pun disiapkan dalam segala lini, di antaranya dari sisi organisasi BEKS menjalankan transformasi sumber daya manusia (SDM) atau Transformasi Human Capital Jawara 2023.
Bambang Widyatmoko selaku Direktur Operasional Bank Banten mengatakan manajemen Bank Banten juga akan terus konsisten mengimplementasikan strategi efisiensi biaya, paralel dengan strategi bisnis, operasional, dan strategi transformasi SDM. Bank Banten juga terus berupaya meningkatkan daya saing baik dari sisi pengembangan SDM, produk, layanan hingga teknologi informasi.
Dengan begitu, diharapkan pemerintah daerah yang menjadi ekosistemnya baik provinsi, kota, dan kabupaten di Banten dapat mempercayakan pengelolaan kas daerah serta perluasan kesempatan pengelolaan potensi bisnis di Bank Banten.
Selain itu, BEKS menggelar aksi korporasi right issue seiring dengan upaya menekan kerugian yang konsisten dicetak sejak 2014.
Dalam paparan publik (public expose) tahunannya, Bank KB Bukopin menargetkan laba pada 2024 melalui sejumlah cara. Manajemen BBKP menjelaskan bank misalnya akan berekspansi memperluas pinjaman baru yang berkualitas dan mempercepat penyelesaian kredit macet.
Selain itu, BBKP juga menjalankan efisiensi biaya serta meningkatkan pendapatan melalui produk eksisting dan baru, baik produk kredit maupun fee based income.
Deputi President Director Bank KB Bukopin Robby Mondong juga menjelaskan bahwa tahun ini BBKP berupaya turnaround atau membalikkan bisnis menjadi lebih baik bersama pemegang saham pengendalinya KB Financial Group-Korea.
Begitu juga dengan Bank Aladin Syariah. Presiden Direktur Bank Aladin Syariah Dyota Marsudi mengatakan sampai dengan kuartal III/2023, Bank Aladin Syariah memang masih membukukan rugi. Namun, BANK telah melakukan banyak pencapaian kinerja yang memberikan dampak positif bagi kinerja bisnis.
"Hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah pengguna yang teregistrasi dan penghimpunan DPK [dana pihak ketiga] yang terus meningkat. Tidak hanya itu, pembiayaan Bank Aladin Syariah juga terus tumbuh dengan kualitas aset yang masih sangat terjaga," ujarnya dalam keterangan tertulis pada bulan lalu (31/10/2023).