Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kredit Diproyeksi Tumbuh 10%-12% Pada 2024, OJK Pede Bisa Tercapai

OJK menilai proyeksi pertumbuhan kredit perbankan pada 2024 di kisaran 10% hingga 12% bisa tercapai.
Karyawan berada di dekat logo Otoritas Jasa Keuangan di Jakarta, Jumat (17/1/2020). Bisnis - Abdullah Azzam
Karyawan berada di dekat logo Otoritas Jasa Keuangan di Jakarta, Jumat (17/1/2020). Bisnis - Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan kredit perbankan pada 2024 di kisaran 10% hingga 12%. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai proyeksi tersebut bisa tercapai.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan ada sejumlah pertimbangan kenapa proyeksi pertumbuhan kredit di level 10% hingga 12% bisa tercapai.

"Kalau kita sih bisa dikatakan optimis [bisa tercapai], karena pertumbuhan perekonomian juga konsisten di atas 5%," ujar Dian dalam Rapat Dewan Komisioner (RDK) bulanan OJK pada Senin (4/12/2023).

Selain itu, kegiatan perekonomian terus bergerak dibandingkan pada periode-periode sebelumnya. "Sebelum terjadi pandemi Covid-19. pertumbuhan kredit hanya 6,08%, masa pandemi sudah negatif, tapi kita sekarang pertumbuhan kredit di level 8,99%," kata Dian.

Adapun, sejumlah bank telah melaporkan rencana bisnis bank (RBB) kepada OJK. Dian mengatakan saat ini OJK masih melakukan analisis atas RBB tersebut. OJK baru akan melaporkan proyeksi pertumbuhan kreditnya dalam Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK).

Sebagaimana diketahui, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bahwa pertumbuhan kredit perbankan pada 2024 dan 2025 berpotensi meningkat lebih tinggi pada level dua digit. 

Pada 2024, Perry optimistis pertumbuhan kredit akan mencapai kisaran 10% hingga 12%, lebih tinggi dari perkiraan pada tahun ini pada kisaran 9% hingga 11%. “Pertumbuhan kredit akan meningkat ke 10%-12% pada 2024 dan kemudian akan meningkat kembali ke 11%-13% pada 2025,” katanya dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2023, pekan lalu (29/11/2023). 

Sejalan dengan pertumbuhan kredit, BI memperkirakan perekonomian Indonesia akan tetap berdaya tahan dan tumbuh kuat pada 2024, di tengah ketidakpastian global yang masih sangat tinggi. 

Perekonomian dalam negeri pada 2024 diperkirakan tumbuh pada kisaran 4,7% hingga 5,5% dan akan meningkat lebih tinggi pada 2025. “Insyaallah ekonomi Indonesia 2024 dan 2025 akan menunjukkan ketahanan dan kebangkitan. Pertumbuhan ekonomi akan cukup tinggi pada 4,7%-5,5% pada 2024 dan meningkat pada kisaran 4,8%-5,6% pada 2025, salah satu yang tertinggi di dunia,” kata Perry.

Sejumlah bank pun optimistis kredit akan moncer pada tahun depan. "Untuk pertumbuhan ke depan kita lihat juga dari alokasi APBN [anggaran pendapatan dan belanja negara] juga tahun depan untuk infrastruktur cukup besar. Mudah-mudahan itu bisa menggerakkan kegiatan-kegiatan ekonomi yang lain," kata Presiden Direktur PT Bank Maybank Indonesia Tbk. (BNII) Taswin Zakaria setelah acara PTBI 2023 pada pekan lalu (29/11/2023).

Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) Nixon L.P. Napitupulu mengatakan BTN memproyeksikan kinerja kredit tahun depan moncer, terutama kredit pemilikan rumah (KPR) yang menjadi andalan. "BTN masih ke KPR, kita enggak ke mana-mana. KPR subsidi masih tumbuh, KPR non subsidi makin tumbuh," ujarnya.

Apalagi, menurutnya permintaan KPR terdorong oleh sejumlah insentif dari regulator dan pemerintah. "Stimulus dari pemerintah juga bagus, pasti penjualan naik," ujar Nixon.

Namun, Senior Economist INDEF Aviliani mengatakan mengatakan pada dasarnya proyeksi pertumbuhan kredit pada 2024 di kisaran 10% hingga 12% berat bagi perbankan. "Berat, tadinya kita melihat [pertumbuhan kredit] antara 8%-10%," ujarnya setelah acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2023 pada Rabu (29/11/2023).

Proyeksi tersebut bisa saja terwujud, asalkan sejumlah syarat bisa terpenuhi. "Syaratnya memang harus ada sektor yang benar akan diarahkan ke mana penyaluran kreditnya," tutur Aviliani.

Dia menilai pada periode-periode sebelumnya, sektor yang didorong adalah infrastruktur. Namun, pada 2024 seiring dengan gelaran pemilu, infrastruktur belum bisa bergeliat.

"Korporasi untuk izin baru juga kan cenderung tunggu pemilu, seperti tambang," ujarnya.

Adapun, saat ini yang cenderung bisa diandalkan adalah kredit modal kerja dan investasi yang sifatnya ekspansi di lini bisnis eksisting, seperti industri makanan minuman.

"Jadi, ketika bicara proyeksi 10%-12%, asal infrastruktur jalan, sektor manufaktur skala besar juga menciptakan lapangan kerja, bisa tercapai," kata Aviliani. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper