Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) belum sepenuhnya meninggalkan penyaluran kredit ke sektor batu bara. Meski begitu Bank Mandiri tetap gencar mendukung transisi menuju Indonesia nol emisi karbon (net zero emission/NZE) Indonesia pada 2060.
Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Alexandra Askandar mengatakan sebagai bank milik negara, Bank Mandiri harus bisa seimbang dalam mendukung proyek energi sesuai rentang waktu menuju NZE.
"Bank Mandiri punya komitmen dukung agenda pemerintah termasuk agenda nasional, tidak bisa keluar dari PLTU [pembangkit listrik tenaga uap] atau batu bara tanpa perhatikan roadmap pemerintah," kata perempuan yang akrab disapa Xandra itu dalam acara konferensi pers Mandiri Sustainability Forum (MSF) 2023 pada Kamis (7/12/2023).
Batu bara memang masih menjadi penggerak energi dunia di tengah upaya peralihan kepada energi hijau. Bank Mandiri pun masih memiliki portofolio kredit ke sektor batu bara. Tercatat, per September 2023 porsi penyaluran kredit ke batu bara mencapai 3,2% terhadap nilai kredit bank only.
Pada September 2023, Bank Mandiri telah menyalurkan kredit Rp1.016,04 triliun secara bank only. Alhasil, nilai portofolio kredit Bank Mandiri terhadap sektor batu bara mencapai Rp32,51 triliun.
Adapun, Xandra mengatakan dalam menyalurkan kredit ke sektor batu bara, Bank Mandiri terus memastikan agar proyek yang dibiayainya sesuai dengan peta jalan transisi menuju nol emisi karbon.
Baca Juga
Xandra juga mengatakan ke depan secara bersama-sama baik pemerintah dan PLN akan menurunkan portofolio batu bara. Dengan begitu, Bank Mandiri pun akan mengoptimalisasi portofolio hijau serta green financing.
Bank Mandiri pun menurutnya terus berupaya untuk mendukung transisi menuju Indonesia nol emisi karbon Indonesia pada 2060. Bank Mandiri juga terus mendorong kredit ke energi terbarukan. Total, Bank Mandiri telah menyalurkan Rp9,5 triliun kepada energi terbarukan per kuartal III/2023.
Secara keseluruhan, penyaluran kredit hijau dari BMRI pada kuartal III/2023 mencapai Rp122 triliun, naik dibandingkan nilai kredit hijau pada periode yang sama tahun sebelumnya Rp101 triliun.
“Pembiayaan hijau atau green financing ini telah diarahkan untuk fokus ke sektor berkelanjutan, seperti sektor perkebunan yang telah tersertifikasi ISPO atau RSPO, energi baru dan terbarukan seperti pembangkit listrik bertenaga hydro, geothermal, transportasi, hingga ekosistem kendaraan listrik dari hulu ke hilir,” kata Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan.
Selain dengan penyaluran kredit hijau, dalam mewujudkan komitmen nol emisi karbon, Bank Mandiri ikut aktif terlibat di bursa karbon Indonesia (IDX Carbon). Pada perdagangan pertama, BMRI telah membeli 3.000 ton karbon.
Bank Mandiri juga merilis digital carbon tracking yang memungkinkan seluruh stakeholder melihat secara real-time jumlah karbon yang dihasilkan serta emisi yang berhasil dikurangi perseroan secara operasional.