Bisnis.com, JAKARTA - Ketidakpastian seiring memanasnya tensi geopolitik dunia dan perang dagang memang jadi bayang-bayang ancaman berbagai negara. Tak terkecuali bagi Indonesia, yang memikul tantangan serius untuk melanjutkan tren pertumbuhan ekonomi pada trek positif.
Namun, bukan berarti tak ada cahaya di ujung lorong. Dalam keterangannya saat membuka UMKM EXPORT Brilianpreneur, Kamis (7/12/2023), Presiden Joko Widodo meyakinkan bahwa Indonesia masih amat beruntung karena dibekali lebih dari 64 juta pelaku UMKM tangguh.
Jokowi melihat UMKM akan jadi kuncian penting Indonesia menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi. Bukan saja karena kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), namun juga lantaran peran vital sektor ini dalam menyerap tenaga kerja.
“Sebanyak 61% dari Produk Domestik Bruto (PDB) didukung UMKM dan 97% di antaranya berkaitan dengan tenaga kerja, di mana penyerapannya juga dilakukan oleh UMKM,” terangnya.
Segendang sepenarian, Menteri BUMN Erick Thohir pun melihat skenario yang sama.
Erick kemudian berjanji pengusaha kecil tidak akan dibiarkan bertarung sendirian. Sebagai lokomotif kepentingan nasional, dia menggaransi BUMN akan hadir memberikan uluran tangan.
Satu dari BUMN yang disebut Erick telah berjalan selaras dengan visi ini adalah PT Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk (BBRI) alias BRI.
Menurut penilaian Erick, BRI telah menjalankan inisiatif yang sesuai dengan dorongan pemerintah untuk membentuk ekosistem yang mendukung UMKM. Termasuk soal aspek pendanaan, akses pasar, dan pendampingan.
Kata Erick, UMKM merupakan fokus utama dalam pertumbuhan ekonomi nasional, dan BRI sebagai bank dengan portofolio UMKM terbesar benar-benar diharapkannya terus berkontribusi. Khususnya dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pelaku UMKM agar bisa naik kelas.
“Ada pendanaan dan akses pasar untuk pendampingan, itu menjadi kunci yang kita jaga,” imbuh Erick.
Bukan hal mengejutkan bila Erick memancang harapan besar kepada BRI. Sebab, sejauh ini bank yang hampir menginjak usia 128 tahun ini tampil menonjol dalam hal pembiayaan kepada UMKM.
Sebagai konteks, kredit UMKM yang disalurkan Himpunan Bank Negara (Himbara) telah mencapai Rp1.600 triliun hingga akhir September 2023. Dari jumlah tersebut, tidak kurang dari 83% di antaranya merupakan pembiayaan yang dilakukan BRI.
Mengacu laporan keuangan interim perseroan, BRI menyalurkan kredit Rp 1.250,7 triliun, naik 12,5% secara year-on-year (yoy). UMKM menyumbang 83,06% di antaranya atau Rp 1.038,9 triliun.
Bila dibedah lebih dalam, kredit UMKM BRI juga tumbuh 11,01% secara yoy.
Namun, kontribusi yang besar itu tidak lantas membuat pekerjaan rumah selesai begitu saja.
Sebab sejak awal pemerintah juga telah menitipkan mandat agar BRI turut membantu UMKM supaya tidak sekadar jago kandang. Selain menguasai pasar lokal, Presiden Jokowi melihat penting bagi UMKM untuk bisa menguasai pasar global.
Saat ini jumlah UMKM Indonesia telah masuk ke pasar ekspor baru di kisaran 15,7%. Angka ini masih jauh tertinggal dari negara-negara tetangga macam Singapura (41%) hingga Thailand (29%).
Anggota Komisi XI DPR RI Puteri Anetta Komarudin mengatakan para pelaku UMKM masih memiliki sejumlah tantangan untuk bisa masuk ke pasar ekspor, terutama menyoal akses permodalan yang legal dan aman.
Masih menurut Puteri, pelaku UMKM juga dihadapkan dengan persoalan kemampuan dan kontinuitas produksi yang sesuai dengan standar ekspor, informasi mengenai pasar ekspor yang kurang, hingga pelatihan dan pendampingan ekspor yang minim.
"Dari sektor perbankan, tentunya pelaku UMKM butuh dukungan permodalan. Makanya lewat UU PPSK, bank diwajibkan untuk menyalurkan kredit atau pembiayaan untuk UMKM, dan bisa bekerja sama dengan BPR, sehingga rasio kredit UMKM bisa semakin dipacu," ujarnya kepada Bisnis belum lama ini.
Puteri berharap perbankan, utamanya bank Himbara yang memiliki kantor cabang luar negeri agar terus menjembatani pelaku UMKM dalam memasarkan produknya ke pasar luar negeri. Seperti mendukung aspek permodalan, pemberian pelatihan, dan pendampingan ekspor.
KOMITMEN BRI
Di sisi lain, Direktur Utama BRI Sunarso setuju bahwa UMKM harus banyak mendapatkan kesempatan ekspor dan masuk pasar internasional. Apalagi, seperti disebut Presiden Jokowi, UMKM adalah tulang punggung perekonomian Indonesia.
Dengan mengoptimalkan ekosistem bisnis yang luas, BRI juga masih konsisten terus mendorong gelaran tahunan, yakni UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR. Ajang ini memberikan UMKM menjajaki kerja sama dengan para calon pembeli (buyer) dari berbagai negara melalui skema business matching.
“Penyelenggaaan Brilianpreneur sejak 2019 sudah melibatkan tujuh negara, lalu terus bertambah hingga pada 2023 mencapai 25 negara,” ujarnya dalam Konferensi Pers Brilianpreneur, Rabu (22/11).
Nilai kontrak melalui business matching juga terus bertambah. Misalnya, pada 2019 ada pada kisaran US$33,5 juta, lalu pada 2020 tumbuh menjadi US$57,5 juta.
Selanjutnya, pada ediesi 2021 angkanya tetap menanjak menjadi US$72,1 juta kendatipun acara ini hanya dihelat secara virtual. Bahkan, nilai kontrak yang terjadi pada 2022 mencapai US$76,7 juta.
Kini pada perhelatan 2023, BRI menargetkan angka US$80 juta.
“BRI melihat adanya peluang besar bagi produk-produk Indonesia untuk masuk ke pasar global. Hasil karya anak bangsa dinilai memiliki kualitas yang dapat bersaing dengan produk dari negara-negara lain,” ujarnya.
Pada tahun ini animo dari pelaku UMKM di Indonesia lebih tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya, yakni sebesar 168% dari tahun sebelumnya dari segi jumlah UMKM pendaftar.
Direktur Bisnis Kecil dan Menengah BRI Amam Sukriyanto juga mengungkapkan untuk mendukung merealisasikan penjualan UMKM secara go global, BRI memiliki enam kantor di luar negeri yang sudah bekerja sama dengan 1.200 bank.
“BRI juga membekali UMKM dengan berbagai pelatihan yang telah diselenggarakan sebelum business matching dilaksanakan. Kami harapkan terjalin komitmen pembelian produk UMKM sehingga dapat semakin memperluas akses pasar global," ujarnya.
BRI menargetkan pasar potensial secara virtual dari beberapa negara. Seperti Jepang, Hong Kong, UEA, Taiwan, Malaysia, Korea Selatan, Amerika Serikat, Meksiko, Kanada, Belanda, Italia, Australia, hingga Selandia Baru.
Upaya menggarap pasar grassroot juga dilakukan BRI melalui berbagai cara. BRI misalnya dengan terus agresif menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR), hingga menggarap pasar ultra mikro melalui ekosistem.
Tak ketinggalan, BRI juga menjadi induk bagi ekosistem bisnis ultra mikro bersama PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM). Holding itu terbentuk pada 2021.
Hingga September 2023 Holding UMi telah berhasil mengintegrasikan lebih dari 37,3 juta nasabah peminjam, atau tumbuh sekitar 17,3% yoy. Outstanding kredit dan pembiayaan pun sudah mencapai Rp614,9 triliun, atau tumbuh 9,5% secara yoy.
Untuk membantu nasabah existing naik kelas, BRI juga tidak meninggalkan pelaksanaan berbagai program pemberdayaan.
Di antaranya adalah program Desa BRILian, dimana hingga akhir September 2023 BRI telah memiliki 2.843 desa binaan di seluruh Indonesia. Desa-desa tersebut mendapatkan berbagai pelatihan dari BRI untuk meningkatkan kapabilitas perangkat desa, pengurus BUMDes dan pelaku UMKM di desa.
Selanjutnya adalah program klasterku hidupku. Saat ini BRI telah memberdayakan 18.685 klaster usaha di seluruh Indonesia. Klaster-klaster tersebut setidaknya telah mendapatkan 1.411 pelatihan dan literasi serta 391 bantuan sarana prasarana produksi.
Sampai hari ini, BRI juga telah memiliki 54 Rumah BUMN, yang menaungi lebih dari 400 ribu pelaku UMKM dan telah melaksanakan lebih dari 11.000 pelatihan.
“Ke depan, BRI optimistis dapat menutup tahun 2023 ini dengan kinerja yang impresif. Utamanya dengan tetap fokus pada pertumbuhan yang berkelanjutan untuk membuat BRI semakin kuat dan hebat dalam memberi makna Indonesia”, pungkas Sunarso.
SEMANGAT NAIK KELAS
Terlepas dari tantangan yang masih menanti di depan mata, komitmen BRI pelan tapi pasti mulai memberikan dampak. Hal ini diakui langsung oleh beberapa pelaku usaha kecil di berbagai wilayah.
Salah satunya adalah Mira Lismawati. Perempuan asal Tasikmalaya ini menginisiasi bisnis cendera mata dengan nama Semomondeezy Handmade.
Berawal dari hobi, Mira kemudian melihat peluang besar untuk menembus pasar global.
“Dulu menggunakan sisa industri garmen, tapi seiring berjalannya bisnis ini, kami menggunakan kaca daur ulang sebagai bahan utama,” katanya keppada Bisnis, saat ditemui di Jakarta Kamis (7/12).
Ketika kaca daur ulang menjadi fokus utama, Mira menjalin kerjasama erat dengan pengrajin di Jombang. Bersama-sama, mereka menciptakan kalung dan gelang kreatif yang tidak hanya unik, tetapi juga ramah lingkungan. Proses kolaborasi ini membawa Semomondeezy Handmade ke tingkat baru, di mana dirinya percaya usaha yang dia rintis bisa terjual ke pasar yang lebih luas.
Singkat cerita, 2018 menjadi tahun atas keputusan terbaiknya. Kala itu, Mira memutuskan bergabung dalam ekosistem BRI Group, yakni Rumah BUMN BRI dengan harapan memperoleh dukungan untuk mewujudkan impiannya.
Tak hanya soal finansial, Mira menyebut dirinya memperoleh pendampingan, pelatihan, dan panduan dalam mengelola media sosial. Itu semua menjadi fondasi bagi pertumbuhan usahanya.
“Saya tidak hanya belajar menjual produk, tetapi juga mengelola bisnis dengan baik,” ucapnya.
Mira merasakan bahwa sejak bergabung dengan ekosistem Rumah BUMN BRI, bisnisnya lebih sering mendapat exposure. Bahkan, belakangan dia sukses menjual produk kepada pelanggan mancanegara, mulai dari ke Jerman hingga AS.
“Di 2019 pertama kalinya [menjual ke negara lain]. Dikurasi oleh BRI, dan hati-hati sekali,” imbuhnya.
Semangat untuk naik kelas itu kemudian membuat Mira makin menyadari bahwa dia juga mesti melanjutkan dampak positif kepada lingkungan sekitar. Kini, Mira yang telah menetap penuh di Jakarta turut melibatkan warga di sekitar tempat tinggalnya untuk menjadi bagian dari Semomondeezy Handmade.
“Kami memanfaatkan peluang untuk memberdayakan empat ibu muda di bawah 35 tahun. Sehingga mereka mendapat tambahan penghasilan dan kami ingin tembus hingga pasar dunia,” ungkapnya.
Setali tiga uang, Febriend Grace Amalo yang berasal dari NTT Kupang memutuskan untuk mengejar asa hingga pasar global dengan membangun usaha kerajinan bernama Khen Handycraft pada 2018.
Sempat 17 tahun bekerja sebagai karyawan, Khen Handycraft bermula dari keinginan Grace untuk melakukan hal yang lebih besar dan berdampak.
“Ini bukan akhir dari dunia, melainkan awal dari perjalanan baru yang penuh semangat. Khen Handycraft fokus pada aksesori dengan motif tenun, menciptakan produk yang berkelanjutan dan memanfaatkan kekayaan budaya NTT,” ujarnya kepada Bisnis.
Dirinya bercerita betapa tahun-tahun awal merintis usaha tidaklah mudah. Dirinya perlu bertungkus lumus dengan berbagai suka dan duka, terutama dalam hal pemasaran produk.
Namun, Grace tidak menyerah. Dia terus menciptakan karya sebaik mungkin, menunggu momentum untuk berpartisipasi dalam pameran-pameran yang diadakan dari satu tempat ke tempat lain.
Dalam perjalanannya, apalagi kala pandemi melanda, Grace menyadari perlunya mendapatkan modal untuk mengembangkan usahanya lebih lanjut.
“Sampai akhirnya saya bergabung dengan ekosistem BRI dan coba meminjam KUR. BRI seakan tahu bisnis saya potensial, mereka peka dan memberikan pinjaman yang melebihi ekspektasi saya.”
Seiring berjalannya waktu, usaha Khen Handycraft makin stabil dan bertumbuh secara omzet. Produknya pun mulai banjir minat dari pelanggan luar negeri. Pembeli, misalnya, berdatangan Jepang, Korea, dan Eropa.
Sama seperti cerita Mira, Grace menjelaskan bahwa BRI tidak hanya memberikan pembiayaan. Namun juga bimbingan, arahan, hingga wadah promosi.
“Pameran, terutama yang diinisiasi oleh BRI, menjadi ajang penting untuk mempromosikan produk secara offline. Hal ini memungkinkan kami bertemu langsung dengan calon pelanggan, membangun ikatan, dan mengenali kebutuhan mereka,” pugnkasnya.
Pada akhirnya, Mira dan Grace hanyalah contoh kecil dari besarnya asa UMKM untuk naik kelas ke kancah global. Asa yang juga menjadi landasan BRI untuk memaksimalkan peran utamanya sebagai penopang perekonomian negeri.