Bisnis.com, JAKARTA -- Standard Chartered Bank Indonesia (SCBI) telah menuntaskan penjualan serta migrasi portofolio konvensional Kartu Kredit, Personal Loan (CCPL), KPR dan Auto Loan ke PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) pada 9 Desember 2023.
Cluster Chief Executive Officer, Indonesia and ASEAN Markets (Australia, Brunei and the Philippines) Standard Chartered Andrew Chia mengatakan pengalihan ini merupakan bagian dari pembaruan strategi Standard Chartered Group yang dimulai pada 2021.
“Melalui penjualan sejumlah portofolio ritel kami ke Danamon, Standard Chartered memposisikan diri secara strategis untuk meningkatkan fokus kami pada bisnis ritel kami yang tersisa serta bisnis corporate banking kami yang kuat, guna memberikan peningkatan layanan dan nilai lebih kepada nasabah dan klien kami,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (11/12/2023).
Adapun, usai migrasi ini, Standard Chartered bakal lebih meningkatkan penawarannya melalui layanan Wealth Management dan deposito yang inovatif kepada nasabah Priority Banking.
Tak hanya itu, pihaknya juga bakal mempercepat agenda digitalisasi untuk melayani nasabah Mass Retail, dan terus mengembangkan bisnis Corporate, Commercial and Institutional Banking di Indonesia.
Baca Juga
Pada kesempatan yang sama, Wakil Presiden Direktur Bank Danamon Hafid Hadeli menyebut bahwa proses migrasi telah selesai sesuai rencana. “Hal ini tentunya dapat tercapai berkat kerja sama yang erat dengan pihak SCBI dan dukungan regulator terkait. Atas nama Danamon, saya ucapkan selamat datang ke dalam ekosistem Danamon kepada para nasabah baru,” ujarnya.
Menurut Hafid, Bisnis Consumer, Private, and Business Banking (CPBB) Standard Chartered, telah menunjukkan kinerja yang kuat tahun ini, yang didukung oleh bisnis Wealth Management dan Digital Partnership.
“Proposisi nilai kami yang kuat di segmen affluent didukung oleh penawaran Wealth Management komprehensif, yang telah menghasilkan pertumbuhan dua digit portofolio segmen affluent kami,” katanya.
Lebih lanjut, pengalihan ini tidak akan berdampak bagi para nasabah Priority Banking, Wealth Management, Deposito, Kartu Debit, Digital Loan Partnership, dan Nexus Standard Chartered serta bisnis Corporate, Commercial and Institutional Banking (CCIB) Standard Chartered. Ke deoan, Standard Chartered akan terus memanfaatkan kekuatan jaringan internasionalnya untuk memperoleh dan melayani para klien di Indonesia dan di seluruh dunia.
Standard Chartered berharap dapat terus mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia dan memainkan peran penting sebagai mitra pemerintah Indonesia dalam mendorong agenda digital dan keberlanjutan Indonesia.
Sebelumnya, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin menuturkan pelepasan lini bisnis bank asing yang ramai diperbincangkan, justru bukan semata-mata diakibatkan persaingan, tetapi sebenarnya berkaitan dengan kondisi ekonomi global, sehingga bank asing harus memilah mana bisnis yang berkontribusi besar untuk head office.
“Persaingan bisnis di level ini kan cukup ketat di Indonesia, karena pemainnya enggak hanya di bank, tapi ada juga fintech, paylater, ecommerce hingga bank digital, sehingga ini membuat bank asing berkalkulasi ulang apakah tepat menginvestasikan bisnis konsumer di Indonesia,” ucapnya pada Bisnis beberapa waktu lalu.
Sebagai informasi, Standard Chartered mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 32,26%, menjadi Rp253,15 miliar pada September 2023, dari sebelumnya Rp373,72 miliar pada September 2022. Meski pendapatan bunga bersih tumbuh 43,59% menjadi Rp1,81 triliun akan tetapi nyatanya capaian itu tidak mampu menahan beban operasional yang mencapai 73,54%, yakni sebesar Rp1,24 triliun.
Sementara itu, bank yang dimiliki sepenuhnya oleh Standard Chartered Holdings Limited, Inggris ini menyalurkan kredit sebesar Rp31,49 triliun, tumbuh 11,52% dari sebelumnya Rp28,24 triliun.
Alhasil, aset bank naik tipis 1,51% menjadi Rp87,78 triliun per September 2023, dari sebelumnya Rp86,47 triliun per September 2022. Selanjutnya, dari sisi pendanaan, dana pihak ketiga turun 9,79% menjadi Rp44,87 triliun pada September 2023, dari yang sebelumnya Rp49,19 triliun per September 2022. Rasio dana murah alias current account saving account (CASA) turun 13,16% menjadi Rp32,06 triliun pada kuartal III/2023, dibanding periode yang sama tahun lalu Rp36,92 triliun.