Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ada Akuisisi di Balik Aksi Galang Dana Jumbo Bank BTPN

Bank BTPN mengumumkan telah mendapatkan persetujuan dari pemegang saham untuk melakukan penambahan modal paling lambat pada kuartal I/2023.
Fahmi Ahmad Burhan,Rika Anggraeni
Senin, 11 Desember 2023 | 11:41
Pekerja membersihkan logo PT Bank BTPN Tbk di Jakarta./JIBI-Nurul Hidayat
Pekerja membersihkan logo PT Bank BTPN Tbk di Jakarta./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank BTPN Tbk. (BTPN) menargetkan akan merampungkan aksi galang dana jumbo paling lambat Maret 2024 mendatang. Aksi korporasi penghimpunan dana ini setelah perusahaan mendapatkan restu pemegang saham untuk melakukan rights issue sebanyak 3,09 miliar saham pada 7 Desember 2023 lalu.

"Menyetujui rencana penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu [PMHMETD] sebanyak-banyaknya 3,09 miliar saham dengan nilai nominal sebesar Rp20 per saham," tulis Corporate Secretary Bank BTPN Eneng Yulie Andriani akhir pekan lalu (8/12/2023).

Perusahaana belum mengumumkan harga pelaksanaan aksi tambah modal ini. Meski demikian dengan mengacu harga pembukaan pekan ini pada level Rp2.630 per lembar, maka aksi korporasi ini berpotensi dapat menggalang dana Rp8,12 triliun. Meski demikian, nilai akhir akan sangat bergantung pada pengumuman harga pelaksanaan.

Sebelumnya, Manajemen BTPN menjelaskan tujuan rights issue untuk menjalankan rencana pembiayaan proyek perseroan, termasuk melakukan akuisisi di perusahaan lain.

“Perseroan berencana menggunakan seluruh dana yang diterimanya dari PMHMETD II, setelah dikurangi dengan biaya emisi, untuk pembiayaan proyek perseroan yang akan datang untuk pertumbuhan inorganik, termasuk melakukan akuisisi di perusahaan lain,” tulis manajemen BTPN yang dikutip dari keterbukaan informasi. 

Manajemen BTPN memperkirakan bahwa dengan adanya rights issue dan akuisisi itu aset akan bertambah. Mengacu laporan keuangan per September 2023, saat ini aset Bank BTPN mencapai Rp175,1 triliun. Total modal proforma BTPN juga bakal lompat diatas Rp40 trilliun dari yang sebelumnya Rp33,5 triliun.

Aksi korporasi ini sekaligus melepas perusahaan dari target Bursa Efek Indonesia agar memperbesar jumlah saham yang beredar. Seperti diketahui, Bursa Efek Indonesia (BEI) meminta emiten memenuhi kewajiban batas minimum saham beredar publik (free float) 7,5%.

Adapun, BTPN saat ini belum memenuhi batas minimum saham publik. Tercatat, Sumitomo Mitsui Banking Corporation yang menjadi pemegang saham pengendali BTPN memiliki 7.532.311.297 saham atau setara dengan 92,43%. Alhasil, saat ini hanya ada 5,25% saham yang dipegang oleh masyarakat nonwarkat dan 1,17% sisanya untuk masyarakat warkat.

Portofolio Bank BTPN Menyebar
Bank BTPN sendiri saat ini merupakan hasil merger dengan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI).

Direktur Utama Bank BTPN Henoch Munandar mengatakan setelah merger dengan SMBC pada Februari 2019, persentase pensiun BTPN turun menjadi sekitar 17%. Seperti diketahui, sebelumnya BTPN identik dengan kredit pensiunan.

“Kalau dulu [persentase pensiun] awal BTPN sebelum merger pernah mencapai 85%. Jadi itu menggambarkan bahwa diversifikasi portofolio sudah berjalan dengan adanya merger,” kata Henoch dalam Media Gathering Bank BTPN di Bandung, Kamis (30/11/2023).

Henoch menjelaskan bahwa dalam 5 tahun terakhir, persaingan di pasar pensiun berkembang pesat dengan hadirnya pemain-pemain baru. Meski demikian, hadirnya pemain baru di bisnis pensiunan merupakan hal yang lumrah.

“Bukan karena BTPN mengalihkan business model-nya dari pensiun, tetapi karena persaingan. Tapi kami komit untuk melayani dengan lebih baik lagi, salah satunya adalah dengan digitalisasi dan kemudahan,” ungkapnya.

Jika dilihat dari aktivitas kantor cabang, Henoch menyebut para pensiunan di rentang usia 80 tahun ditemani oleh anak dan cucu untuk mengambil uang purna bakti. Saat ini, Henoch mengungkapkan kondisi pensiunan baru sudah berbeda, yakni berumur 58 tahun namun sudah terbiasa menggunakan aplikasi.

“Pada saat ini, sebenarnya pensiunanan bukan hal yang aneh menggunakan smartphone dan aplikasi, mereka sudah tahu bahwa ke depan untuk transfer tidak perlu naik angkot, [untuk itu] BTPN menyiapkan aplikasi yang khusus [pensiun],” tuturnya.

Meski pangsa pasar pensiunan yang dimiliki BTPN semakin menipis, pihaknya tetap berkomitmen untuk memberikan layanan terbaru kepada para nasabah, termasuk rencana mengembangkan aplikasi untuk para pensiunan.

Ke depan, Henoch menyatakan bahwa Bank BTPN akan tetap memperluas segmen yang masih besar, mulai dari consumer finance, SME, commercial, hingga personal needs.

Per Juni 2023, total kredit Bank BTPN mencapai Rp148,71 triliun. Dari sana, kredit korporasi masih menjadi salah satu unit bisnis dengan portofolio 67%. Sedangkan kredit macet (non-performing loan/NPL) gross Bank BTPN di level 1,39% pada akhir Juni 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper