Kasus Jiwasraya mengguncang sistem keuangan Indonesia setelah menyatakan gagal bayar pada 2019. Tiko mengungkapkan, permasalahan muncul akibat janji manfaat yang tidak seimbang dengan aset perusahaan. Jiwasraya sendiri diketahui telah defisit sejak 2006 lalu.
“Terdapat produk yang menawarkan kenaikan manfaat otomatis setiap tahunnya,” kata Tiko mencontohkan.
Permasalahan itu oleh direksi selanjutnya semakin rumit seiring dipasarkannya produk saving plan yang menjanjikan nilai manfaat pasti. Oleh direksi, persoalan ini kemudian ditambal dengan skema aset keuangan semu melalui bursa saham dengan harga yang digelembungkan. Akhirnya perusahaan mengalami gagal bayar dan diselesaikan pemerintah dengan melakukan transfer bisnis ke perusahaan baru yakni IFG Life.