Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ramai Bank Asing Hengkang dari Indonesia, Efek Suku Bunga Tinggi?

Ekonom menilai hengkangnya bank asing dari RI karena adanya tekanan yang mendorong mereka mengevaluasi ulang strategi, termasuk kondisi pasar global.
Gedung Bank DBS Indonesia di Jakarta/dok. DBS
Gedung Bank DBS Indonesia di Jakarta/dok. DBS

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah bank asing memang telah menjual lini bisnisnya di Indonesia. Adapun, keputusan ini bagian dari langkah strategis global, termasuk yang memilih untuk menjual lini bisnis consumer banking dan beralih untuk fokus pada korporasi sepenuhnya.

Chief Asia Economist Co-Head Global Research Asia Frederic Neumann berpendapat hal ini karena adanya tekanan yang mendorong mereka untuk mengevaluasi ulang strategi mereka.

“[Tantangan ini] termasuk kondisi pasar global, suku bunga tinggi, dan kebutuhan untuk menanggung biaya yang mungkin meningkat,” ujarnya dalam HSBC Asian Outlook 2024, Selasa (16/1/2024).

Adapun, dia menyebut HSBC sendiri tidak mengikuti arah strategis yang mungkin diambil oleh beberapa bank asing lainnya. 

Tercatat, Bank HSBC Indonesia terus melanjutkan rencana bisnisnya dengan strategi universal banking yang membidik berbagai jenis layanan perbankan seperti wholesale banking, ritel banking, dan global markets treasury.“Kami tetap berkomitmen pada Indonesia,” katanya.

Hal ini diamini Chief India and Indonesia Economist HSBC Pranjul Bhandari. Pasalnya, sektor-sektor baru tengah berkembang, membuat potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat besar.

Salah satunya melalui downstreaming atau hilirisasi, di mana Indonesia mulai mengembangkan sektor yang tidak hanya fokus pada penjualan bijih logam mentah, tetapi juga pada penjualan logam yang telah diproses hingga menghasilkan produk logam berkelas tinggi.

“Ini mencerminkan peningkatan nilai tambah dalam rantai produksi,” ujarnya.

Sektor kedua yang juga menjadi pendorong pertumbuhan adalah tingginya permintaan dalam ekosistem kendaraan listrik (EV), yang mencakup baterai EV dan potensialnya mobil listrik.

Kekayaan cadangan nikel Indonesia yang termasuk terbesar di dunia juga menjadi daya tarik bagi investor dalam penanaman modal asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) untuk masuk ke sektor ini.

Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan dengan mengalihkan perhatian dari segmen bisnis retail, maka bank asing dapat lebih efektif menyesuaikan layanan mereka dengan tuntutan dan dinamika pasar Indonesia

 “Bank asing memiliki keunggulan dengan jaringan global,” ujarnya beberapa waktu lalu.

Menurutnya, fokus pada sektor korporat memungkinkan bank asing memberikan layanan yang lebih terfokus dan terpersonalisasi, menyediakan solusi keuangan yang lebih sesuai dengan kompleksitas kebutuhan perusahaan Multinasional.

Keputusan ini juga sejalan dengan kemampuan  bank asing untuk membawa inovasi melalui penerapan teknologi dan digitalisasi, yang tidak hanya meningkatkan efisiensi internal lembaga, tetapi juga memperkuat daya saing mereka di pasar Indonesia.

Selain itu, kata Dian, strategi peralihan segmen ini dapat memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan sektor perbankan di Indonesia, melalui pemberian solusi keuangan yang lebih inovatif dan terkini kepada perusahaan-perusahaan di Tanah Air.

Dian juga menyebut regulator sendiri secara aktif mendorong kolaborasi antara bank dalam negeri dan bank asing yang masih beroperasi di Indonesia.

“Tujuan dari kerjasama ini adalah untuk terus menyediakan solusi layanan perbankan terbaik di Indonesia,” katanya.

Sebagaimana diketahui, sejumlah bank asing nyatanya telah menjual lini bisnis di pasar Tanah Air.

Misalnya, Commonwealth Bank of Australia (CBA) yang menjual unit usaha di Indonesia yakni PT Bank Commonwealth ke PT Bank OCBC NISP Tbk. (NISP). Baik CBA dan OCBC Indonesia telah melakukan penandatanganan sale and purchase agreement (SPA) dengan CBA untuk transaksi pembelian 99% saham Bank Commonwealth.

Sementara itu, Citibank N.A. Indonesia (Citi Indonesia) menjual lini bisnis consumer banking mereka di Indonesia kepada PT Bank UOB Indonesia.

Adapun, pengalihan bisnis consumer banking Citi Indonesia ke UOB Indonesia berlaku efektif pada November 2023.

Standard Chartered Bank Indonesia (SCBI) juga telah menuntaskan penjualan dan pengalihan sejumlah portofolio bisnis konsumernya seperti kartu kredit hingga kredit pemilikan rumah (KPR) ke PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN).

Bahkan, sebelumnya pada 2018, PT Bank ANZ Indonesia juga telah melepas divisi retail mereka ke PT Bank DBS Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper