Bisnis.com, JAKARTA — Pembayaran uang kuliah tunggal (UKT) menggunakan platform P2P lending atau pinjaman online (pinjol) dinilai berpotensi menimbulkan kredit macet.
Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan bahwa layanan tersebut napasnya sama seperti student debt, memberikan pembiayaan sekolah bagi masyarakat yang membutuhkan. Hanya saja, student debt dibayar ketika mahasiswa sudah lulus dan bekerja.
“Jadi pembayarannya tidak pas ketika masih kuliah. Kalau yang ini kan ketika kuliah pembayarannya. Otomatis, ya kalo mereka S1 dan belum berpendapatan, akan berpotensi menjadi kredit macet. Harusnya yang bertanggung jawab orang tuanya dalam proses pinjaman online tersebut,” kata Huda kepada Bisnis, Minggu (28/1/2024).
Huda khawatir apabila semakin banyak mahasiswa membayar uang UKT menggunakan pinjol dan tanpa pengawasan, pinjaman macet untuk usia di bawah 19 tahun akan semakin tinggi. Pada November 2023, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan tren kredit macet pinjol didominasi oleh kalangan anak muda, yaitu di rentang usia 19–34 tahun.
“Ini berbahaya bagi ekosistem pinjol ke depan karena borrower-nya semakin tidak berkualitas. Pinjaman macet akan didominasi oleh mahasiswa ini,” katanya.
Terlebih, Huda menilai bahwa pangsa pasar mahasiswa memang cukup menjanjikan. Selain itu, meminjam dana melalui pinjol juga cukup mudah.
Baca Juga
Di sisi lain, pengamat ekonomi digital Heru Sutadi menyebut bahwa sejatinya tak masalah apabila pinjol digunakan untuk membayar biaya kuliah. Terlebih pinjol memang hadir untuk nasabah yang unbankable, dan pinjaman dana pendidikan juga tidak mudah, sehingga pinjol menjadi solusi.
“Persoalan pinjol selama ini kan banyak dipakai untuk hal konsumtif, sehingga jika digunakan untuk hal produktif tentu lebih baik. Termasuk misalnya untuk pembiayaan pendidikan,” kata Heru saat dihubungi Bisnis, Minggu (28/1/2024).
Heru mengatakan apabila bekerja sama dengan pihak kampus, pinjol pun seharusnya sudah bisa menghitung bilamana peminjam gagal bayar. Namun seyogyanya, lanjut Heru, bukan hanya membiayai pendidikan, platform juga harus memberikan bunga yang rendah.
Kemudian dari sisi peminjam, harus dipahami bahwa ini adalah pinjaman, bukan hibah atau beasiswa sehingga harus dilunasi. Lebih lanjut, Heru berpendapat bahwa negara seharusnya ikut turun tangan memberikan pinjaman bagi mahasiswa yang kesulitan dalam pembiayaan kuliah dengan cara yang mudah dan bunga yang rendah bahkan hampir tidak berbunga
“Karena negara sibuk membangun infrastruktur, membiaya alutsista yang besar, dan perbankan lebih nyaman membeli SUN atau ORI, pinjaman pendidikan menjadi hal yang tidak tersolusikan. Wajar saja kalau misal pinjol masuk memberikan layanan,” tuturnya.
Pembayaran UKT untuk mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) menggunakan pinjol DanaCita sebelumnya menjadi sorotan di media sosial. Beberapa warganet tak menyangka universitas justru menyarankan bagi mahasiswa yang tidak mampu membayar uang kuliah menggunakan pinjol.
Tidak sedikit juga yang mengeluhkan bunga pinjaman yang dinilai terlalu tinggi. ITB pun sudah buka suara terkait hal tersebut. Kepala Biro Komunikasi dan Hubungan Masyarakat ITB Naomi Haswanto mengatakan bahwa dalam hal pembayaran UKT, mahasiswa ITB memiliki banyak pilihan yang dilayani oleh beragam bank.
Termasuk pembayaran menggunakan virtual account, kartu kredit, maupun lembaga non bank khusus pendidikan yang sudah terdaftar dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“Khusus bagi mahasiswa yang mengalami kendala pembayaran UKT, ITB melalui Direktorat Kemahasiswaan ITB menyediakan prosedur pengajuan keringanan UKT dan cicilan UKT pada setiap semester bagi mahasiswa,” kata Naomi dalam keterangan tertulis yang diterima Bisnis, Jumat (26/1/2024).
Sementara dikutip dari laman resmi DanaCita, platform fokus pada solusi pendanaan bagi pelajar, mahasiswa, maupun tenaga profesional untuk menempuh studi di lembaga pendidikan tinggi dan program kejuruan.
Selain ITB, DanaCita juga menjalin kerja sama dengan beberapa kampus negeri, kampus swasta, dan lembaga kursus di antaranya Universitas Gajah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung, Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), President University dan English First (EF).
Melalui website resminya, DanaCita mengklaim telah melayani total 27.440 penggunan dengan total dana pendidikan tersalurkan Rp375 miliar. Pengajuan dana pendidikan ke Danacita tidak memerlukan down payment (DP) atau Jaminan, hanya KTP, bukti tagihan, dan rekening koran satu bulan terakhir. Rasio tingkat wanprestasi di atas 90 hari (TWP90) dalam platform DanaCita yakni 2,69% per 28 Januari 2024.