Bisnis.com, JAKARTA -- Teknologi internet kian berkembang pesat, dari sekadar sistem informasi sederhana hingga pemenuhan kebutuhan krusial manusia, yakni sandang, pangan, bahkan papan.
Sejak konsep world wide web (www) dicetuskan Tim Berners-Lee pada 1989 hingga kini muncul pengembangan web 3.0, teknologi internet terbukti menjalar ke setiap sendi-sendi kehidupan umat manusia.
Dalam konteks Tanah Air, teknologi internet faktanya telah dikonsumsi hampir semua lapisan masyarakat. Jumlah penggunanya, telah mencapai 212,9 juta pada Januari 2023. Ini berarti sekitar 77% dari populasi Indonesia telah menggunakan internet.
Jumlah Pengguna Internet di Indonesia (Januari 2012 - Januari 2023)
Sumber: We Are Social
Pemanfaatannya beraneka ragam, mulai dari hiburan, belanja, keuangan, hingga urusan hunian. Untuk urusan hunian, Rohman (36 tahun) telah merasakan betul daya magis teknologi internet ini.
Tak terlalu jauh, pandangan Rohman menerawang ke medio 2017, mengingat masa sulit mengurus ragam kebutuhan kredit pemilikan rumah (KPR) kala itu.
Mendapatkan akses KPR memang tidak lah mudah. Ketika mengajukan ke bank, pembiayaan hunian belum tentu dalam genggaman.
"Rumit sekali," tutur pria yang bekerja sebagai karyawan di salah satu pabrik di kawasan industri, Bekasi, Jawa Barat kepada Bisnis beberapa waktu lalu (21/1/2024).
Dia bolak-balik ke kantor bank mengurusi sejumlah persyaratan. Ragam proses pengajuan dia jajaki mulai dari appraisal, penawaran, hingga akhirnya pengajuan disetujui pihak bank.
"Lega rasanya ketika sudah disetujui," tutur Rohman. Rumah subsidi di dekat tempat dia bekerja kemudian bisa ditempati bersama istri dan anaknya yang masih balita.
Namun, kerumitan tak berhenti di situ. Dia akan menjalani masa cicilan sepanjang 15 tahun, di mana tiap bulannya mesti ke kantor bank lagi atau ATM terdekat untuk melakukan pembayaran.
Belum lagi, ragam kebutuhan rumah tangga lainnya, seperti pembelian perabotan mesti ditanggung. Untuk mengatasi keterbatasan dana,d ia dimungkinkan bertatap muka lagi dengan pegawai bank agar pembiayaan multiguna lekas cair.
Kini lain cerita. Rohman duduk manis di kursi, di rumah yang ditempati sudah lebih dari 6 tahun. Ditemani secangkir kopi, dengan santai Rohman terlihat asyik menatap layar gawainya sambil menggeser tiap menu di sebuah aplikasi.
Sejak pandemi Covid-19 menyeruak, dia memang lebih akrab dengan aplikasi tersebut untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan huniannya. Aplikasi dari bank penyalur pembiayaan rumah bagi Rohman, yakni PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) itu bernama BTN Mobile.
Dia pun mencoba membanding aktivitas 6 tahun lalu dengan kini. "Sekarang kalau saya bayar cicilan biasa di aplikasi, tidak perlu ke bank atau ATM," kata Rohman.
Belakangan ini, tak hanya membayar cicilan, lewat platform digital itu para pejuang KPR bisa mencari ragam hunian idaman dan terdapat fasilitas booking atau pemesanan KPR.
Begitu juga dengan Ainul Rafiq (31 tahun), nasabah BTN yang terbiasa menggunakan BTN Mobile. Warga Tangerang Selatan itu memulai cicilan KPR BTN saat pandemi menyeruak, yakni pada 2021.
Dengan berbagai kekhawatiran akan virus corona, layanan digital menjadi solusi yang menjanjikan bagi Ainul. "Sejauh ini aplikasinya membantu kebutuhan saya. Transaksi yang saya lakukan sebetulnya lebih ke kebutuhan KPR saja, tepatnya untuk pengecekan mutasi rekening terkait KPR yang saya lakukan dengan bank," kata pria yang bekerja sebagai engineer di perusahaan digital di Jakarta itu.
Adapun, Rohman, Ainul dan para pejuang KPR lainnya kini berharap lebih kepada teknologi internet. Layanan yang dibutuhkan tidak hanya sekadar pemenuhan transaksi perbankan, tapi lebih daripada itu, penunjang gaya hidup harian.
Upaya Mewujudkan Harapan
Gayung bersambut, kata berjawab. Bank milik negara penyalur pembiayaan hunian bagi Rohman dan Ainul, BTN menjadikan platform digital andalannya BTN Mobile sebagai aplikasi super alias super app.
Adapun super app merupakan platform penyedia banyak layanan yang dikemas dalam satu aplikasi. Di Tanah Air, sudah banyak perusahaan berbasis teknologi yang mengadopsi strategi tersebut untuk melayani konsumen.
Di BTN, super app menjadi gabungan dari seluruh kanal layanan digital yang selama ini digunakan oleh nasabahnya, seperti mobile banking BTN, internet banking BTN, btnproperti, btnproperti for developer, SMART Residence, hingga rumahmurahbtn.co.id.
Direktur Utama Bank BTN Nixon L. P. Napitupulu mengatakan BTN mengembangkan super app seiring dengan dinamika kebutuhan masyarakat yang menginginkan layanan mudah dan cepat serta terintegrasi dengan aplikasi mobile banking-nya.
"Sehingga segala kebutuhan dapat dilakukan tanpa harus mengunjungi outlet atau kantor cabang terdekat," kata Nixon dalam keterangan tertulis pada akhir tahun lalu (22/12/2023).
Dalam perkembangannya, BTN bergeliat mengolah super app agar semakin bermanfaat bagi pengguna, di antaranya dengan penambahan sejumlah fitur. Menurut catatan BTN di presentasi perusahaan, terdapat lebih dari 75 fitur yang telah dikembangkan di super app BTN Mobile sejak meluncur pada Februari 2023.
lustrasi fitur BTN Mobile./Istimewa
Corporate Secretary Bank BTN Ramon Armando mengatakan beberapa fitur pun telah menjadi favorit nasabah, di antaranya open account online, baik untuk first account, maupun untuk second account seperti tabungan Investa, tabungan berjangka BTN SIAP, rekening valas dan e-Deposito.
BTN Mobile juga dilengkapi dengan berbagai fitur dan layanan untuk pembayaran tagihan rutin seperti PLN, PDAM, langganan internet, hingga pembayaran layanan multifinance.
Nasabah juga bisa melakukan pembelian top up berbagai dompet digital alias e-wallet seperti GoPay, DANA, ShopeePay, OVO termasuk juga top up uang elektronik alias e-money.
Berbagai kemudahan juga diberikan untuk meningkatkan user experience, mulai dari pembukaan rekening, purchase/payment sampai dengan proses pengajuan kredit. "Harapannya super app BTN Mobile menjadi one stop shop digital ecosystem bagi nasabah," tutur Ramon kepada Bisnis pada beberapa pekan lalu (11/1/2024).
BTN Mobile juga saat ini telah dilengkapi dengan layanan tracking online pengajuan KPR, simulasi perhitungan KPR, sekaligus pengajuan KPR nasabah. Tak hanya itu, nasabah dapat mengajukan personal loan di fitur BTN KITA.
Direktur IT & Digital Bank BTN Andi Nirwoto mengatakan fitur BTN KITA bisa dimanfaatkan nasabah untuk pengajuan instant loan pemilik KPR aktif BTN.
"Kami memberikan kemudahan kepada nasabah dalam melakukan top up kredit ataupun pengajuan pinjaman dana segar [fresh fund] melalui fitur BTN KITA," ujarnya.
Di fitur BTN KITA, sebelum melakukan pengajuan, nasabah akan mendapatkan pre-approval. Adapun, pada halaman detail penawaran BTN KITA, nasabah akan mendapatkan informasi plafon kredit, suku bunga, angsuran dan jangka waktu kredit.
Apabila pengajuan disetujui, nasabah akan mendapat notifikasi bahwa pengajuan BTN KITA telah dicairkan ke rekening nasabah.
Selain itu, BTN Mobile menyediakan fitur Transaksi BulananKu. Nasabah diberikan kemudahan transaksi auto-debit yang telah dijadwalkan sebelumnya.
BTN pun memperluas ekosistem dalam pengembangan digitalnya. BTN Mobile misalnya menyediakan fitur pemesanan tiket KAI, kebutuhan asuransi, hingga pembayaran tiket kereta cepat atau Whoosh. Dalam hal ini BTN berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk PT KAI.
Terdapat juga fitur Home Service pada kategori Lifestyle. Fitur itu bertujuan mempermudah pemesanan dan pembayaran layanan maintenance rumah atau tahap awal service AC.
Andi menjelaskan bahwa fitur Home Service bekerja sama dengan pihak ketiga yaitu Sejasa untuk meningkatkan layanan digital yang semakin komprehensif dalam konteks ekosistem rumah.
Tahun 2024 BTN lebih bergeliat mengembangkan super app itu. Andi mengatakan BTN akan lebih agresif dalam mengembangkan fitur transaksi dan pemasaran produk bank lewat BTN Mobile.
"Ke depan, kami akan terus mengembangkan fitur-fitur baru, seperti penjualan produk investasi, fitur transaksi remittance internasional, dan fitur-fitur lain guna memfasilitasi segala kebutuhan digital masyarakat Indonesia, khususnya untuk memperkuat digital ekosistem perumahan BTN,” tutur Andi.
Dalam waktu dekat, BTN juga akan meluncurkan fitur baru di BTN Mobile seperti QRIS cross border.
Tak hanya perluasan fitur, BTN berupaya pula menjaga keamanan siber BTN Mobile. Pada 2024, BTN telah menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) untuk IT termasuk keamanan siber sekitar Rp900 miliar. Jumlah tersebut mengalami kenaikan sekitar 40%-50% dibandingkan dengan 2023.
Sementara, terdapat empat hal yang telah dilakukan BTN dalam memperkuat keamanan siber. Pertama, pengamanan informasi salah satu pilar yang terus ditingkatkan implementasi dan investasinya, mencakup people, process, dan teknologi.
Kedua, dari sisi teknologi, pengamanan menggunakan teknologi terkini seperti dalam hal data at rest (enkripsi dan data masking), data on transit (pengamanan data di jaringan internet atau VPN) dan data at use (teknologi anti dumping atau data lost prevention).
Ketiga, dari sisi proses, BTN menjalankan drill test atau pentest untuk menilai efektivitas pengamanan pada sisi teknologi. Keempat, dari aspek people, BTN memberikan sosialisasi rutin kepada internal juga nasabah untuk menjaga data yang terkait dengan transaksi seperti nomor rekening, PIN, password, dan data pribadi lainnya.
Seiring dengan geliat BTN mengembangkan super app, transaksi digital pun tumbuh pesat. Berdasarkan presentasi perusahaan per kuartal III/2023, jumlah pengguna BTN Mobile telah mencapai lebih dari 2,5 juta.
Nilai transaksi BTN Mobile telah menyentuh Rp37 triliun, naik 43,04% secara tahunan (year on year/yoy) pada September 2023. Adapun, jumlah transaksi mencapai 284 juta, naik 117,33% yoy.
Dorongan Tekan Backlog Hunian
Upaya perbankan memperkuat layanan digital untuk pembiayaan hunian bukan tanpa alasan. Permasalahan hunian di Tanah Air nyatanya pelik.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), masih terdapat backlog perumahan di Indonesia sebesar 12,7 juta unit. Backlog merupakan kesenjangan antara jumlah rumah terbangun dengan jumlah rumah yang dibutuhkan masyarakat.
Angka backlog hunian memang susut dalam satu dasawarsa atau sejak 2010 hingga 2020. Namun, nyatanya penyusutan backlog hunian hanya 6%.
Padahal, angka kelahiran di Indonesia tinggi. Belum lagi besarnya demografi penduduk Indonesia serta probabilitas penduduk tinggal di perkotaan yang akan mencapai 66,6% pada 2035. Hal ini akan membuat backlog perumahan menjadi masalah serius.
Sejak 18 tahun silam, ragam cara dijalankan pemerintah untuk menekan angka backlog perumahan ini, seperti dengan program Sejuta Rumah, skema pembiayaan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), dan lain sebagainya.
Pada 2045 mendatang, pemerintah telah menargetkan zero backlog. Ragam upaya lainnya disiapkan pemerintah, di antaranya membentuk ekosistem pembiayaan perumahan.
Dirjen Perumahan Kementerian PUPR Iwan Suprijanto menuturkan bahwa upaya peningkatan kepemilikan rumah dalam rangka pengentasan backlog menjadi tugas bersama, termasuk perbankan dalam rangka memfasilitasi pembiayaan.
"Tidak hanya menjadi tugas dari Pemerintah Pusat, namun juga perlu kolaborasi dari seluruh stakeholder bidang perumahan," ujarnya.
Dalam hal pembiayaan perumahan, industri perbankan seperti BTN memang mempunyai peran besar. Urusan pembiayaan hunian yang digerakkan oleh bank ini krusial, karena faktanya masih banyak masyarakat yang memanfaatkan fasilitas angsuran KPR dari bank.
Mengacu data BPS, terdapat sebanyak 36,08% rumah tangga yang menempati rumah/bangunan tempat tinggal dengan status kepemilikan milik sendiri, memperolehnya dengan cara angsuran KPR pada 2022.
Rasio Pemilikan Rumah Menggunakan KPR
Keterangan: persentase rumah tangga yang menempati rumah/bangunan tempat tinggal dengan status kepemilikan milik sendiri dan memperoleh dengan membeli dari pengembang atau bukan pengembang, melakukan pembelian rumah tersebut dengan cara angsuran KPR.
Sumber: BPS
Sementara, dalam mendongkrak pembiayaan perumahan ini, bank pun perlu dorongan, di antaranya lewat keandalan layanan digital. Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan layanan digital memang mampu menjadi motor perbankan dalam mempermudah masyarakat mengakses pembiayaan.
"Dari sisi bank, yang dapat dilakukan adalah bagaimana mempermudah masyarakat untuk mendapat akses pembiayaan KPR, seperti dengan digitalisasi," ujarnya kepada Bisnis pada Selasa (23/1/2024).
Laporan bertajuk Deep Insight, Broad Solutions: How Banks Can Win in the Vast Housing Ecosystem, yang dirilis McKinsey & Company pada 2018 juga menyebutkan bahwa kemudahan akses mencari hunian menjadi krusial di era digitalisasi.
Dalam laporannya itu, bank perlu memperluas cakupan pasar melalui pembentukan ekosistem perumahan berbasis digital.
Terdapat klasifikasi rantai nilai ekosistem perumahan yang terbagi ke dalam empat kategori, yakni membeli rumah, tinggal di dalamnya, menyewa, dan menjual kembali rumah tersebut.
Adapun, McKinsey memproyeksikan bahwa seluruh rantai nilai ekosistem tersebut dapat menghasilkan US$3,8 triliun secara global pada 2025.
Lalu, pada akhirnya upaya perbankan seperti BTN dalam mengembangkan ekosistem digitalnya tidak hanya menjawab keluh kesah para pejuang cicilan macam Rohman dan Ainul. Lebih daripada itu, langkah BTN menjadi ikhtiar pengentasan sederet masalah terkait hunian di Tanah Air.