Bisnis.com, JAKARTA -- Unit usaha syariah (UUS) PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) mencatatkan pertumbuhan laba bersih mencapai Rp702,33 miliar pada 2023.
Capaian BTN Syariah, yang dikabarkan akan dilebur dengan Bank Muamalat itu, mencatatkan laba melonjak 110,55% dibandingkan perolehan tahun sebelumnya sebesar Rp333,58 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang diterbitkan di Bisnis Indonesia, Senin (12/2/2024), BTN Syariah mencatat pendapatan dari penyaluran dana mencapai Rp3,56 triliun. Nilai ini tumbuh 33,12% dari sebelumnya Rp2,68 triliun pada 2022.
Alhasil, pendapatan setelah distribusi bagi hasil juga terkerek naik menjadi Rp2,19 miliar, tumbuh 17,69% dibandingkan pada periode yang sama di tahun sebelumnya Rp1,86 triliun pada 2022.
Pertumbuhan laba BTN Syariah juga didorong oleh peningkatan pendapatan berbasis komisi atau fee based income mencapai Rp91,81 miliar, tumbuh 18,11% dari sebelumnya Rp77,73 miliar pada 2022.
Kemudian, BTN Syariah mencatat adanya penyusutan kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment) sebesar 91,52% secara tahunan (year-on-year/yoy) atau menjadi Rp51,13 miliar pada 2023 dari posisi pada 2022 senilai Rp602,66 miliar.
Baca Juga
Rasio profitabilitas BTN Syariah juga tercatat mengalami perbaikan, imbal aset (return on asset/ROA) merangkak naik 55 basis poin (bps) ke level 1,29% pada 2023 dari posisi sebelumnya di level 0,74% pada 2022.
Dari sisi intermediasi, perseroan mencatat penyaluran pembiayaan syariah sampai dengan Desember 2023 dengan total mencapai Rp37,11 triliun atau melonjak 17,36%.
Secara rinci, pembiayaan tersebut terdiri dari Rp32,49 triliun pembiayaan berbasis piutang dan Rp4,62 triliun pembiayaan bagi hasil serta pembiayaan sewa sebesar Rp1,45 miliar. Alhasil, aset BTN Syariah tumbuh 19,75% menjadi Rp54,29 triliun dari periode tahun sebelumnya Rp45,34 triliun pada 2022.
Sejalan dengan peningkatan penyaluran pembiayaan, BTN Syariah mencatatkan perbaikan rasio pembiayaan bermasalah (non performing financing/NPF) secara gross menjadi 2,39% pada 2023 atau susut 92 bps dari 3,31% pada 2022. Sedangkan NPF net terjaga stabil di level 0% sejak 2022.
Terakhir, dari segi pendanaan dana pihak ketiga BTN Syariah mencapai Rp41,8 triliun sepanjang 2023, tumbuh 20,68% dari periode sebelumnya Rp34,64 triliun pada 2022. Adapun, dana murah alias current account savings account (CASA) sebesar Rp20,92 triliun, tumbuh 38,35% dari sebelumnya Rp15,12 triliun pada 2022.