Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos OJK Beberkan Pemilu di Indonesia Lebih Baik dari AS

Bos OJK Mahendra Siregar mengatakan penyelenggaraan Pemilu di Indonesia lebih baik dibandingkan dengan AS.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar memberikan sambutan di acara Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2024. Dok Youtube OJK
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar memberikan sambutan di acara Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2024. Dok Youtube OJK

Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan keberhasilan penyelenggaraan Pemilu 2024 membuat Indonesia saat ini tidak dalam periode wait and see lagi. Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menuturkan bahwa Indonesia menjadi negara presidensial demokrasi terbesar di dunia.

Pekan lalu, masyarakat Indonesia telah melaksanakan pesta demokrasi, yaitu Pemilu 2024 dengan 204,8 juta pemilih terdaftar dan turnout sekitar 80%.

Mahendra mengungkapkan bahwa angka tersebut setara dengan 164 juta pemilih. Angkanya jauh lebih besar daripada jumlah pemilih pilpres di negara manapun di dunia ini.

“Dengan begitu, Indonesia bukan lagi negara demokrasi ketiga terbesar di dunia, tetapi negara demokrasi presidensial terbesar di dunia,” kata Mahendra dalam acara Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan di Jakarta, Selasa (20/2/2024).

Selain itu, Mahendra menyampaikan bahwa Pilpres di Indonesia dilakukan secara terbuka dan langsung dibandingkan dengan Amerika Serikat yang dilakukan menggunakan perwakilan setiap negara bagian.

“Oleh karena itu, kita harus menggunakan hal ini sebagai modalitas pembangunan perekonomian dan stabilitas industri jasa keuangan,” ujarnya.

Lebih lanjut, Mahendra menyebut bahwa Indonesia juga tidak dalam periode wait and see seperti yang kerap didengungkan sebelum Pemilu 2024.

“Indonesia tidak dalam periode wait and see lagi. Harapan kita semua menjadikan momentum luar biasa itu untuk sprint akhir, berlari cepat menuju garis finish yang menggilang di penghujung presidensi bapak presiden dan masa tugas lembaga legislatif periode saat ini,” tambahnya.

Mahendra juga melihat bahwa perekonomian dunia pada tahun 2024 diawali dengan optimisme pasar bahwa berbagai kebijakan yang dilakukan telah menurunkan ketidakpastian, sehingga perekonomian global diperkirakan terhindar dari resesi.

Di samping itu, Mahendra mengatakan bahwa ada berbagai faktor risiko geopolitik serta potensi perubahan konstelasi kebijakan politik dari berbagai pemilu di negara-negara besar yang lain. Hal ini, kata dia, menjadikan variabel yang tidak diketahui yang perlu dicermati.

“Akibatnya proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan lambat di tahun ini,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper