Bisnis.com, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus mendorong unit usaha syariah menjalankan aksi spin off menjadi bank umum syariah (BUS). OJK juga mendorong adanya aksi konsolidasi perbankan syariah. Lantas, seperti apa prospek saham bank syariah saat ini?
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan konsolidasi diharapkan akan menghasilkan bank syariah yang besar dengan aset hingga Rp200 triliun.
Sebab, menurutnya saat ini pangsa pasar perbankan syariah hanya dikuasai oleh satu pemain yakni PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) atau BSI.
Bahkan, dia menuturkan selain aksi merger BTN Syariah dan Bank Muamalat yang didorong oleh Kementerian BUMN, aksi korporasi dari bank syariah lainnya pun bakal datang dari pemain swasta.
"Ada beberapa [aksi merger], tetapi masih dalam tahap pendahuluan, di-lead bank swasta," katanya setelah acara Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) pada Selasa (20/2/2024).
Dian mengatakan aksi korporasi itu kemungkinan bisa dijalankan oleh tiga hingga empat bank. "Ada beberapa calon yang tentu diharapkan menjadi merger yang cukup besar," tutur Dian.
Baca Juga
Sebagaimana diketahui, berdasarkan laporan Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang dirilis OJK, disebutkan bahwa aset perbankan syariah tercatat sebesar Rp868,99 triliun per Desember 2023.
Angka itu masih sangat kecil jika dibandingkan dengan total aset bank umum. Di mana, OJK mencatat bahwa total aset bank umum telah mencapai Rp11.765,84 triliun per Desember 2023. Dengan kata lain, pangsa perbankan syariah hanya sekitar 7,39% secara nasional.
Senior Investment Information Mirae Asset M. Nafan Aji Gusta Utama memperkirakan prospek bank syariah jangka panjang akan bagus, didukung populasi muslim Indonesia yang besar.
“Kalau menurut saya, bank saat ini terus berupaya meningkatkan likuiditas. Lalu, top line dan bottom line juga akan tumbuh seiring dengan peningkatan layanan, lalu tabungan, transaksi hingga pinjaman berbasis syariah,” ujarnya pada Bisnis, Rabu (28/2/2024)
Bahkan, menurutnya program tabungan haji dan umroh hingga pinjaman dengan asas bagi hasil dalam mengembangkan UMKM dirasa bisa menjadi katalis positif dalam meningkatkan pangsa pasar seperti yang diminta regulator.
Sebagai bank syariah yang sudah memiliki basis nasabah, dirinya memberi rekomendasi hold pada BRIS dan BTPS dengan masing-masing target harga Rp2.610 dan Rp1.275
CEO Jooara Rencana Keuangan Gembong Suwito menyebut kunci pertumbuhan kinerja bank syariah yang mocer tentu seiring dengan model bisnis yang dijalankan.
“Kinerja BRIS yang cemerlang, tidak diikuti oleh kinerja BTPS yang justru mengalami penurunan profit jika dibandingkan dengan tahun 2022,” ujarnya pada Bisnis
Berdasarkan RTI Business pada perdagangan sesi satu hari ini pukul 10.59 WIB saham BTPS menguat 0,71% ke level Rp1.430. Adapun, dalam sepekan saham BTPS naik 2,51%.
Saham BRIS turun 0,4% ke level Rp2.510, sedangkan selama pekan saham BRIS menguat 2,87% dan jika ditarik sejak awal tahun atau secara year to date (ytd), saham BRIS berada pada level hijau yakni 44,25%
Sementara, Panin Dubai Syariah (PNBS) berada dalam posisi stagnan di level Rp52. Lalu, Bank Aladin Syariah (BANK) terus mengalami pelemahan sebesar 1,4%. Bahkan, bila dilihat sejak awal taun atau secara year to date (ytd) saham BANK turun 14,92%.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.