Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dampak Keputusan The Fed: Nilai Tukar Rupiah Cenderung Stabil, BI Rate Masih Ketat

Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) David E. Sumual menilai keputusan the Fed menahan suku bunga acuan berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah.
Potret Presiden Pertama Indonesia Sukarno dan Wakil Presiden Pertama Indonesia Mohammad Hatta dalam uang rupiah pecahan Rp100.000. - Bloomberg/Brent Lewin
Potret Presiden Pertama Indonesia Sukarno dan Wakil Presiden Pertama Indonesia Mohammad Hatta dalam uang rupiah pecahan Rp100.000. - Bloomberg/Brent Lewin

Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), David E. Sumual, menilai keputusan The Federal Reserve (The Fed) untuk menahan suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR) di level 5,25% - 5,5% akan berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah.

Meskipun memberi tekanan pada rupiah akhir-akhir ini, kondisi "higher for longer" sudah menjadi bagian dari perhitungan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar. David menyebutkan bahwa rupiah akan cenderung stabil pada posisi saat ini.

“Keputusan The Fed berpengaruh pada tekanan ke rupiah belakangan ini. Sejauh ini, pasar sudah memperhitungkan dampaknya (price in) sehingga cenderung stabil,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (13/6/2024).

Sejalan dengan estimasi stabilnya rupiah, David meyakini Bank Indonesia akan tetap mempertahankan kebijakan moneter yang ketat. Bank Indonesia diprediksi belum akan menurunkan suku bunga BI Rate dalam waktu dekat dan akan menunggu The Fed menurunkan FFR terlebih dahulu.

“Arah kebijakan moneter BI masih ketat. BI masih belum akan menurunkan suku bunganya dan menunggu The Fed [menurunkan suku bunga],” lanjutnya.

Dalam hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada Rabu waktu setempat, selain menahan FFR di level 5,25% - 5,5%, pejabat The Fed juga mengisyaratkan akan memangkas suku bunga hanya sekali pada akhir tahun ini.

Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk., Josua Pardede, menyampaikan bahwa dengan ekspektasi penurunan FFR pada Desember mendatang, pihaknya percaya bahwa ruang untuk penurunan BI Rate akan bergeser ke awal 2025. Josua menjelaskan bahwa Bank Indonesia akan terus berupaya menjaga stabilitas dengan mempertahankan spread positif dari instrumen keuangan domestik Indonesia, sehingga BI baru akan menurunkan suku bunga setelah The Fed menurunkan FFR terlebih dahulu.

“Kami memproyeksikan nilai tukar rupiah berkisar antara Rp15.900 - 16.300 per dolar AS pada akhir tahun 2024,” tuturnya dalam keterangan resmi, Kamis (13/6/2024).

Pada penutupan perdagangan hari ini, rupiah tercatat naik sebesar 24,5 poin atau 0,15% menjadi Rp16.270 per dolar AS. Indeks dolar AS naik 0,12% ke level 104,775.

Adapun, Bank Indonesia sebelumnya menaikkan BI Rate pada April 2024 sebesar 25 basis poin menjadi 6,25% guna menahan laju pelemahan rupiah, setelah menahan di level 6% sejak Oktober 2023. Sejalan dengan rencana The Fed yang baru akan menurunkan suku bunga pada akhir tahun, hal tersebut sesuai dengan skenario pertama milik BI.

“Dalam skenario kami, skenario baseline dengan probabilitas di atas 75%, Fed Fund Rate akan turun sekali sebesar 25 bps di kuartal IV/2024, yang kemungkinan di Desember 2024,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo beberapa waktu lalu.

Dengan demikian, Bank Indonesia diperkirakan akan mempertahankan BI Rate di level 6,25% hingga akhir 2024, sementara imbal hasil obligasi rupiah bertenor 10 tahun berkisar antara 6,90% - 7,20%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper