Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News Bisnisindonesia.id: Suku Bunga Redam Cuan Bank hingga Banjir Dividen Emiten

Sejumlah bank tercatat meredam prospek cuan akibat suku bunga mahal hingga masih akan ada banyak dividen yang dikucurkan emiten.
Nasabah bertransaksi di Anjungan Tunai Mandiri (ATM) Center, Jakarta. Berita pilihan BisnisIndonesia.id mulai dari sejumlah bank tercatat meredam prospek cuan akibat suku bunga mahal hingga masih akan ada banyak dividen yang dikucurkan emiten. Bisnis/Abdurachman
Nasabah bertransaksi di Anjungan Tunai Mandiri (ATM) Center, Jakarta. Berita pilihan BisnisIndonesia.id mulai dari sejumlah bank tercatat meredam prospek cuan akibat suku bunga mahal hingga masih akan ada banyak dividen yang dikucurkan emiten. Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah bank tercatat meredam prospek cuan bank akibat suku bunga mahal sepanjang tahun ini. Hal itu tecermin pada rencana bisnis bank (RBB) yang disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan kondisi tersebut terjadi karena kondisi suku bunga global yang masih tinggi ditambah lagi adanya kenaikan biaya dana akibat perebutan dana murah di pasar.

 “Sementara, suku bunga kredit saat ini tergolong stabil di tengah suku bunga DPK (dana pihak ketiga) yang meningkat,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (12/8/2024).

Meskipun demikian, Dian tak menyebut bank mana yang merevisi turun laba pada 2024. Lebih lanjut, kata Dian, sesuai dengan RBB, revisi margin bunga bersih alias net interest margin (NIM) pada akhir 2024 diproyeksikan masih tergolong stabil dibandingkan NIM pada semester I/2024.

Artikel tentang suku bunga yang mahal menjadi salah satu berita pilihan BisnisIndonesia.id hari ini, Rabu (8/14/2024). Selain berita tersebut, beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik juga tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id. Berikut ulasannya:

 

Menakar Berkah Makan Bergizi Gratis Prabowo-Gibran untuk Startup

Ratusan perusahaan rintisan alias startup di Tanah Air berpeluang terciprat berkah program makan bergizi gratis yang telah ditetapkan oleh pasangan presiden terpilih dan wakil presiden terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

Rancangan kebijakan yang dicanangkan untuk meningkatkan kualitas gizi anak-anak Indonesia dengan memastikan setiap siswa mendapatkan asupan nutrisi yang cukup selama mereka berada di sekolah, disebut-sebut membutuhkan rantai pasokan dari hulu hingga hilir.

Itu artinya, program makan bergizi gratis yang dipastikan mendapatkan alokasi dana khusus dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025 akan melibatkan banyak pihak, termasuk startup. Program ini juga dinilai bisa membuat industri startup kembali bergairah.

“Ini menarik. Jadi bayangkan, ketika kita bicara soal hot issue makan bergizi gratis ke depan, ketika itu dibuat petanya dimulai dari hulu sampai hilir, produksinya, down-streaming, sampai ke konsumsi, itu ada startup yang bisa masuk dalam matriksnya, dari awal sampai akhir,” kata Hokky Situngkir, Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Dirjen Aptika) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), dalam acara Ngopi Bareng di Kemenkominfo, Jumat (9/8/2024).

 

Menanti Taji Relaksasi TKDN Proyek Panas Bumi

Pemerintah terus mendorong pengembangan pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan, terutama panas bumi, mengingat potensi sumber dayanya di Tanah Air terbilang melimpah.

Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat pemanfaatan panas bumi atau geotermal di Tanah Air saat ini baru mencapai 2.597,5 megawatt (MW) atau hanya 11% dari total sumber daya yang tersedia sebesar 23.531 MW.

Itu artinya, prospek pengembangan sumber energi tersebut cukup besar jika dimanfaatkan untuk menunjang transisi dan ketahanan energi. Sejalan dengan itu, pemerintah juga terus berupaya meningkatkan kegiatan eksplorasi, dengan mengurai berbagai persoalan yang selama ini dinilai masih menjadi penghambat akselerasi panas bumi.

Persoalan tarif, pendanaan, dan pemanfaatan bersama jaringan tenaga listrik atau power wheeling hingga ketentuan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) sempat membuat lambannya pengembangan industri panas bumi di Indonesia.

 

Suku Bunga Mahal Meredam Prospek Cuan Bank

Berdasarkan catatan Bisnis, rasio margin bunga bersih mengalami penyusutan menjadi 4,57% per Juni 2024, naik tipis dari periode Mei 2024 yang mencapai 4,56%. Adapun, secara tahunan capaian Juni 2024 susut, di mana Juni tahun lalu sebesar 4,8%.

Sebagaimana diketahui, NIM memberikan gambaran tentang seberapa efisien suatu lembaga keuangan dalam menghasilkan keuntungan dari selisih antara pendapatan bunga yang diperoleh dan biaya bunga yang dibayar. Makin besar angka NIM mengindikasikan potensi keuntungan perbankan dari dana yang disalurkan makin besar.

Adapun, berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, dari 13 bank, 6 di antaranya mengalami penurunan NIM sepanjang semester I/2024. Untuk kelompok bank yang mengalami penurunan NIM, yakni BBTN, BMRI, BBRI, PT Bank Jago Tbk. (ARTO), PT Bank Danamon Tbk. (BDMN), PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA), dan PT Bank Permata Tbk. (BNLI).

Bank lainnya, PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB), PT Bank Raya Tbk. (AGRO), PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), dan PT Bank Amar Tbk. (AMAR) mengalami kenaikan NIM. Hanya PT Bank OCBC NISP Tbk. (NISP) yang mempertahankan NIM.

 

Peluang Aset Anyar Reksa Dana dari Kripto

Pengelolaan aset kripto di bawah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membuka peluang penambahan pilihan aset anyar bagi reksa dana.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Blockchain dan Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo-ABI) yang juga CEO Tokocrypto, Yudhono Rawis mengakui bahwa peluang lebih luas terasa bila kripto bisa dijadikan aset dasar bagi produk investasi seperti reksa dana berupa exchanged traded fund (ETF).

Hal itu, katanya, akan mendorong perkembangan industri kripto di Tanah Air seperti yang terjadi di Amerika Serikat (AS) pada Januari 2024 melalui ETF Bitcoin.

Namun, dia mengakui pengembangan itu masih menghadapi tantangan. "Saat ini, di Indonesia, investor institusional belum diizinkan untuk berinvestasi dalam kripto, yang membuat pengembangan ETF atau reksa dana berbasis kripto sulit," katanya, saat ditanyai Bisnis, pada Selasa (13/8/2024).  

 

Banjir Dividen Para Emiten Hingga Akhir Tahun

Intensitas emiten membagikan dividen kepada investor bakal lebih besar dari tahun lalu. Ini terlihat dari realisasi yang ditebar oleh sektor perbankan.

Hingga 9 Agustus 2024, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat sudah ada 355 kali aksi distribusi dividen oleh perusahaan yang melantai di bursa.

Direktur Utama KSEI Samsul Hidayat mengatakan bahwa ada 4.264 kali tindakan korporasi yang terjadi. Nilainya mencapai Rp291,84 triliun.

Dari jumlah tersebut, nilai distribusi dividen emiten keuangan perbankan telah mencapai Rp58,24 triliun. Angka tersebut meningkat dibandingkan periode 2023 secara penuh sebesar Rp50,57 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper