Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja saham emiten perbankan kelas kakap (big banks) belum tampak menunjukkan geliat perbaikan pada dua pekan pertama 2025.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) kompak parkir di zona merah pada penghujung perdagangan kemarin, Senin (13/1/2025).
Saham BBRI ditutup melemah 3,99% ke angka Rp3.850 per saham, yang merupakan level terendah selama setahun terakhir. Saham bank pelat merah ini diperdagangkan sebanyak 413 juta saham, dengan nilai transaksi Rp1,61 triliun.
Sementara itu, saham BBNI terdepresiasi 3,22% ke level Rp4.210 per saham, dengan volume transaksi 54,02 juta saham dan nilai Rp229 miliar.
Setali tiga uang, saham emiten bank pelat merah lainnya yakni Bank Mandiri terpantau minus 1,34% menuju level Rp5.525 per saham. Volume saham BMRI yang diperdagangkan mencapai 99,95 juta dengan nilai Rp551,2 miliar.
Tidak ketinggalan adalah saham BBCA. Saham emiten bank Grup Djarum ini melemah 0,51% ke level Rp9.675 per saham, dengan volume transaksi 88,27 juta dan nilai Rp853,4 miliar.
Baca Juga
Pelemahan pun masih tercatat pada perdagangan saham sesi pertama hari ini, Selasa (14/1/2025). Saham BBRI melemah 0,52%, BBNI turun 1,90%, BMRI melemah 2,26%, dan BBCA turun 0,78%.
Sebelumnya, JP Morgan telah merevisi proyeksi kinerja 2025—2026 untuk sederet bank beraset jumbo di Indonesia terutama bank pelat merah BBNI, BMRI dan BBRI. Pada saat bersamaan, riset JP Morgan memandang bahwa BBCA tetap menjadi pilihan utama dan diikuti oleh BBRI.
JP Morgan masih menyematkan peringkat ‘overweight' untuk BBCA. Saham bank swasta terbesar di Indonesia itu pun menjadi pilihan utama JP Morgan dengan target harga saham Rp12.000.
Rekomendasi serupa juga disematkan pada saham BRI. Namun, target harga untuk saham BBRI diturunkan dari Rp5.200 menjadi Rp5.000 untuk 12 bulan ke depan atau hingga Desember 2025.
Untuk saham BMRI dan BBNI, JP Morgan juga mempertahankan rekomendasi ‘neutral’, tetapi menurunkan target harga keduanya yakni masing-masing menjadi Rp6.700 dan Rp5.100.
***
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.