Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah ekonom memperkirakan Bank Indonesia masih akan mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate demi stabilitas rupiah pada pertemuan bulanan Mei yang mulai berlangsung besok, 20 Mei—21 Mei 2025.
Mengacu hasil survei Bloomberg, Senin (19/5/2025) sore, mayoritas ekonom meyakini Bank Indonesia (BI) akan mulai melakukan pemangkasan suku bunga sebsear 25 bps dari 5,75% menjadi 5,5%.
Sementara 10 dari 31 ekonom meyakini BI masih akan menahan BI Rate dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) selanjutnya.
“Masih fokus di stabilitas dipicu ketidakpastian perang tarif. The Fed juga masih mempertahankan suku bunga patokan. Untuk itu, [BI Rate] diproyeksikan masih dipertahankan,” ujar Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) David Sumual kepada Bisnis, Senin (19/5/2025).
David—satu dari 10 ekonom yang proyeksikan pangkas—melihat memang akan ada peluang penurunan suku bunga ke depannya, namun memang bukan dalam pertemuan bulan ini.
Terlebih, penurunan ke depannya dibutuhkan karena terdapat ada indikasi perlambatan konsumsi tetapi lebih disebabkan high base effect akibat pemilu tahun lalu dan belanja pemerintah yang belum optimal.
Baca Juga
Selain David, Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) Hosianna Evalita Situmorang, Ekonom Credit Agricole CIB HK Branch Jeffrey Zhang, dan Ekonom JP Morgan Chase Bank NA Sin Beng Ong turut memprediksikan hal yang sama.
Kemudian, ING Groep NV, ekonom Moody’s Analytics Singapore Pte Ltd. Jeemin Bang, Ekonom PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rully Wisnubroto, Scotiabank UK Ltd., Societe Generale SA, dan Ekonom PT Ciptadana Sekuritas Asia Renno Prawira kompak meramalkan suku bunga acuan akan ditahan di level 5,75%.
Terakhir kali BI memangkas suku bunga acuan terjadi secara tidak terduga pada Januari lalu dari 6% menjadi 5,75%—ketika rupiah melemah.
Sebelumnya pada RDG bulan lalu, Gubernur BI Perry Warjiyo memilih untuk menahan BI Rate untuk ketiga kalinya dalam rangka melaksanakan tugas utama bank sentral, yakni menjaga stabilitas rupiah.
Meski demikian, pihaknya terus mencermati ruang penurunan suku bunga.
“Dalam jangka pendek prioritas kami adalah stabilitas rupiah, tetapi setelah stabilitas terjaga, ruang penurunan suku bunga itu semakin terbuka dan itulah waktu-waktu untuk menentukan kebijakan suku bunga lebih lanjut,” ujarnya dalam konferensi pers.
Melihat data terkini, rupiah telah beranjak menguat dengan mencatatkan apresiasi sebesar 2,71% sejak 8 April—yang kala itu mencatatkan level tertinggi dalam sebulan terakhir di angka Rp16.891 per dolar AS—hingga penutupan perdagangan hari ini di level Rp16.434 per dolar AS.
Lantas, akankah BI menahan atau justru memangkasnya?