Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Beragam Siasat Bank Jaring Dana saat Persaingan Pasar Makin Sengit

Sejumlah bank menyampaikan strategi perusahaan di tengah persaingan ketat menjaring dana masyarakat.
Pegawai menyortir uang rupiah di cash center atau pusat kas BNI di Jakarta, Selasa (4/2/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai menyortir uang rupiah di cash center atau pusat kas BNI di Jakarta, Selasa (4/2/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah bank buka suara di tengah makin ketatnya persaingan perbankan dalam menghimpun dana pihak ketiga (DPK) maupun dana murah atau current account and saving account (CASA). 

PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) optimistis DPK masih dapat terus tumbuh, meskipun industri perbankan nasional sedang menghadapi tantangan dalam menghimpun dana masyarakat.

Direktur Sales & Distribution BSI Anton Sukarna mengatakan bahwa BSI memiliki keunikan sebagai bank syariah yang membedakannya dari bank-bank konvensional, termasuk dalam hal segmentasi pasar.

"BSI membidik segmen yang memiliki nilai-nilai syariah yang lebih kuat. Ini menjadi diferensiasi kami, sekaligus potensi dalam menghimpun DPK yang lebih stabil dan berbiaya dana rendah," ujarnya kepada wartawan, Senin (23/6/2025).

Anton menambahkan, strategi BSI ke depan akan terus mengarah pada penguatan DPK dari segmen ritel yang memiliki biaya dana atau cost of fund lebih rendah. Selain itu, BSI juga akan mengoptimalkan momentum dari ajang BSI International Expo 2025 untuk memperluas basis nasabah.

"Kami akan berupaya agar semua pengunjung yang datang ke expo, selain nasabah lama, juga masyarakat umum yang bisa langsung membuka rekening di lokasi sebelum masuk ke area BSI Expo," tuturnya.

Dengan strategi tersebut, BSI berharap dapat memperkuat pertumbuhan DPK sekaligus memperluas inklusi keuangan syariah di Tanah Air. BSI sebelumnya menyampaikan industri perbankan syariah dapat tumbuh lebih baik sepanjang 2024. 

Beragam Siasat Bank Jaring Dana saat Persaingan Pasar Makin Sengit

Nasabah melakukan transaksi keuangan di kantor cabang BSI, Jakarta, Rabu (13/3/2024). Bisnis/Himawan L Nugraha

Pertumbuhan DPK perbankan syariah tumbuh sebesar 12,84% secara tahunan dibandingkan dengan perbankan nasional yang hanya tumbuh sekitar 7,54% yoy, sehingga diyakini bisa mendongkrak kinerja DPK bank syariah terbesar di Tanah Air ini. 

Sementara itu Bank Jakarta (sebelumnya Bank DKI) menyampaikan sulitnya persaingan memperoleh DPK, apalagi dana murah alias CASA. "Tantangan [Bank Jakarta] adalah dana murah itu semakin berat, persaingannya ketat dan kami bersaing dengan bank-bank lain," kata Direktur Utama Bank Jakarta Agus H Widodo saat ditemui di Jakarta, dikutip Senin (23/6/2025). 

Seiring dengan hal itu, Agus menegaskan saat ini fokus perusahaan adalah memperbaiki kualitas bisnis. Saat yang sama, faktor likuiditas juga menjadi perhatian perusahaan.  

“Fokus kami sekarang itu menjaga likuiditas. Dan tentunya tidak hanya likuiditas, tapi juga kualitas aset. Kami pastikan jangan sampai kualitas aset merosot. Itu PR kami sekarang,” kata Agus. Menurutnya, kondisi ekonomi yang masih menantang turut mendorong perbankan untuk lebih selektif dalam penyaluran kredit. 

Bank Jakarta pun mengambil langkah antisipatif dengan lebih mendekatkan diri kepada debitur agar tetap menjaga kesehatan portofolio kredit.

“Target penyaluran kredit tetap ada, tapi yang lebih penting adalah menjaga agar kualitas debitur kami tidak menurun. Bahkan beberapa [bank] sudah mulai mengerem kredit karena situasi ini. Kami berusaha bantu debitur supaya bisnis mereka tetap berjalan,” jelasnya. 

Agus juga menyampaikan bahwa Bank Jakarta menargetkan rasio kredit bermasalah (NPL) terkendali di bawah 3%, meskipun tantangannya tidak ringan.

Adapun Bank Indonesia (BI) mencatat DPK tumbuh 3,9% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp8.756,5 triliun hingga bulan kelima tahun ini. Berdasarkan data analisis uang beredar, pertumbuhan DPK lebih rendah dibandingkan pada April 2025 yang sebesar 4,4% YoY, sekaligus melanjutkan tren pelambatan yang cenderung terjadi sejak awal tahun. 

Lebih lanjut, pelambatan terjadi baik pada golongan nasabah korporasi maupun perorangan. DPK korporasi meningkat 7,7% YoY menjadi Rp4.225,4 triliun pada Mei 2025, tetapi laju pertumbuhan itu lebih rendah dari 9,5% pada bulan sebelumnya.

Sayangnya, simpanan perorangan juga ikut terkontraksi dalam satu bulan terakhir. Merujuk data BI menunjukkan DPK perorangan sebesar Rp4.085,5 triliun per April 2025, tetapi menyusut ke level Rp4.062,6 triliun pada Mei 2025. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper