Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Matahari Milik Muhammadiyah Diharap jadi Motor Pertumbuhan Asuransi Syariah

Ekosistem Muhammadiyah yang terorganisir, loyal, dan memiliki kebutuhan proteksi tinggi dapat menjadi peluang besar bagi industri asuransi syariah.
Pegawai memotret logo perusahaan-perusahaan asuransi syariah yang berada di kantor Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI), Jakarta. / Bisnis-Himawan L Nugraha
Pegawai memotret logo perusahaan-perusahaan asuransi syariah yang berada di kantor Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI), Jakarta. / Bisnis-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Muhammadiyah berencana membentuk Bank Umum Syariah melalui merger Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Matahari atau Bank Syariah Matahari. Hadirnya pemain BUS baru di Indonesia diharapkan jadi motor pertumbuhan asuransi syariah di Tanah Air.

Praktisi Manajemen Risiko dan Ketua Umum Komunitas Penulis Asuransi Indonesia (Kupasi) Wahyudin Rahman mengatakan bahwa Muhammadiyah memiliki aset lebih dari Rp400 triliun yang bisa menjadi potensi sama asuransi syariah.

"Hadirnya BUS Muhammadiyah bisa jadi motor pertumbuhan asuransi syariah. Potensinya besar karena Muhammadiyah punya ekosistem aset lebih dari Rp400 triliun dan jaringan luas. Bancassurance syariah bisa tumbuh, ditambah kebutuhan proteksi aset dan karyawan di amal usaha Muhammadiyah," kata Wahyudin kepada Bisnis, Selasa (15/7/2025).

Menyambut pemain bank syariah baru tersebut, Wahyudin menilai industri asuransi syariah perlu bersiap dengan menyiapkan produk khusus, mulai dari asuransi properti syariah, kendaraan syariah, jiwa syariah, hingga asuransi mikro untuk warga Muhammadiyah. 

"Penting juga membangun kemitraan sejak awal, perkuat kapasitas underwriting dan integrasi sistem digital dengan bank syariah Muhammadiyah," tegasnya.

Penetrasi asuransi syariah saat ini masih kecil. Wahyudin menjelaskan tantangan asuransi syariah antara lain adalah kapasitas reasuransi syariah yang terbatas, integrasi sistem yang masih perlu lebih dioptimalkan, hingga literasi asuransi yang masih rendah.

"Tapi peluangnya besar, ekosistem Muhammadiyah sangat terorganisir, loyal, dan punya kebutuhan proteksi tinggi. Kalau dimanfaatkan serius, ini bisa jadi tonggak kebangkitan asuransi syariah nasional," pungkasnya.

Menilik kinerja asuransi syariah yang dilaporkan Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI), sepanjang Januari—April 2025 nilai kontribusi atau premi tercatat tumbuh 9,84% (year on year/YoY) menjadi Rp9,42 triliun. 

Bila dibedah, asuransi jiwa syariah mencatat kontribusi sebesar Rp8,20 triliun atau tumbuh 14,90% (YoY), sedangkan asuransi umum syariah mengalami kontraksi 23,28% (YoY) menjadi Rp0,87 triliun. Sementara itu, kontribusi reasuransi syariah tumbuh 15,71% (YoY) menjadi Rp0,34 triliun.

Dalam empat bulan pertama 2025, aset industri perasuransian syariah mencapai Rp47,03 triliun, tumbuh 4,35% (YoY). Rinciannya, aset asuransi jia syariah tumbuh 4,30% (YoY) menjadi Rp34,52 triliun, aset asuransi umum syariah tumbuh 5,29% (YoY) menjadi Rp9,64 triliun dan aset reasuransi syariah tumbuh 1,88% (YoY) menjadi Rp2,87 triliun.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper