Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI: Gejolak rupiah hanya sesaat

JAKARTA: Bank Indonesia menilai gejolak nilai tukar rupiah hanya sesaat karena adanya sentimen krisis global. Otoritas moneter itu memastikan mata uang nasional itu akan kembali stabil, bahkan menguat pada penghujung tahun ini.Deputi Gubernur Bank Indonesia

JAKARTA: Bank Indonesia menilai gejolak nilai tukar rupiah hanya sesaat karena adanya sentimen krisis global. Otoritas moneter itu memastikan mata uang nasional itu akan kembali stabil, bahkan menguat pada penghujung tahun ini.Deputi Gubernur Bank Indonesia Hartadi A. Sarwono mengatakan  nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar Amerika Serikat lebih karena sentimen negatif gejolak ekonomi global."Kami masih melihat pelemahan rupiah ini akibat sentimen global jadi jangan khawatir berlebihan. Mudah-mudahan cepat teratasi," ujarnya usai Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI, sore ini.Menurutnya, pelemahan rupiah terhadap dolar AS masih sangat terjaga dan masih pada batas yang dianggap wajar oleh BI. "Sampai akhir tahun masih menguat," tambah Hartadi.Kurs tengah Bank Indonesia pada hari ini, ditutup pada level 9.035 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan sehari sebelumnya 9.070 per dolar AS.Hingga kuartal III/2011 rata-rata volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebesar 5,2%. Menurut bank sentral, angka tersebut masih di bawah target, kendati tak disebutkan berapa besarproyeksinya.Dalam kesempatan tersebut, Gubernur BI Darmin Nasution mengatakan secara fundamental flukutasi rupiah memang terjadi. Namun, terangnya, hal itu lebih disebabkan suku bunga negara maju yang bertahankan di tingkat yang sangat rendah.Menurutnya, kebijakan semacam itu perlu dilakukan negara maju, karena hanya instrumen tersebut yang bisa digunakan untuk mendorong perekonomian, sebab tak ada kemampuan fiskal lainnya. Dengan kebijakan tersebut mempengaruhi pergerakan modal di sejumlah negara.Akan tetapi, Darmin mengungkapkan hingga Oktober 2011 rupiah masih menunjukkan apresiasinya yang sebesar 1,77% dengan volatilitas yang terjaga di 5,2%."Dan jika dibandingkan Korea ya kita sudah pasti lebih baik. Namun perlu diingat sekarang ini memang ada negara yang sengaja melemahkan mata uangnya seperti Singapura," jelasnya.Hal tersebut, lanjutnya, dilakukan agar mendorong pertumbuhan ekspor sehingga menopang perekonomian yang terancam terkena dampak krisis global. (faa)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Saeno
Editor : Dara Aziliya

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper