Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AKSES KEUANGAN: Financial inclusion bukan program amal

JAKARTA: Bank Indonesia menegaskan bahwa program perluasan akses keuangan (financial inclusion) merupakan kegiatan bisnis yang berkelanjutan bukan program amal.“Program financial inclusion [FI]  ini bukanlah suatu kegiatan amal (charity). 

JAKARTA: Bank Indonesia menegaskan bahwa program perluasan akses keuangan (financial inclusion) merupakan kegiatan bisnis yang berkelanjutan bukan program amal.“Program financial inclusion [FI]  ini bukanlah suatu kegiatan amal (charity).  Saya berkeyakinan bahwa agar program ini dapat berlangsung secara sustainable dalam jangka panjang, maka harus ada business rationale yang mendasarinya,” ujar Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Muliaman D. Hadad, pidato Seminar Nasional Financial Inclusion hari ini Rabu 23 Mei 2012.Dalam konteks ini, lanjutnya, bank sentral membedakan masyarakat miskin dalam 2 kelompok, productive poor dan unproductive poor. “Program FI, yang akan melibatkan sektor keuangan formal, ditujukan untuk kelompok yang pertama,” jelasnya.Kelompok productive poor, jelasnya, memiliki keterbatasan akses terhadap jasa lembaga keuangan formal.  Kebanyakan dari mereka, apabila membutuhkan dana, baik untuk konsumsi ataupun modal usaha, terpaksa melakukannya dengan pihak rentenir yang akan membebani mereka dengan suku bunga yang tinggi.“Kenyataan bahwa mereka mau menerima tingkat bunga tersebut, mengindikasikan bahwa ketersediaan pembiayaan menjadi lebih penting daripada faktor beban suku bunga,” jelasnya.Selain itu, tambahnya, FI dalam sisi perluasan akses simpanan juga bermafaat bagi bank karena akan memberikan potensi tambahan dana yang luar biasa.“Memang secara nominal nilainya kecil, namun mengingat basis nasabah yang luas, tentunya akan memberikan dampak yang cukup signifikan.” jelasnya.Dia juga menambahkan FI selayaknya diawali dengan program menabung, bukan penyaluran kredit, karena dengan menabung, mereka akan terhindari dari kebiasaan boros dan mengubahnya menjadi ke arah akumulasi kekayaan,” ujarnya.“Inilah cikal bakal pembentukan karakter financial planning yang baik.  Dengan kata lain, debitur yang baik adalah berasal dari kreditur yang baik,” tambah Muliaman.Berdasarkan hasil survey yang dilakukan World Bank, sekitar 17% dari penduduk Indonesia yang memperoleh pinjaman dari bank dan sekitar 20% yang menggunakan akses dari lembaga pembiayaan formal.Sebanyak 40% penduduk menggunakan jasa keuangan informal. Dengan demikian, dari sisi akses terhadap kredit ada sekitar 40% yang termasuk dalam kelompok financially excluded. (arh)

 

BERITA FINANSIAL PILIHAN:

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper