Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (AAPI) menyebut penyaluran pembiayaan sektor produktif menguntungkan secara bisnis. Sampai dengan Mei 2025, porsi pembiayaan multifinance sektor produktif telah mencapai 46,47%.
Ketua APPI Suwandi Wiratno mengatakan salah satu faktor pembiayaan produktif diminati multifinance adalah dapat memberikan portofolio yang sehat bagi perusahaan.
"Menguntungkan. Kalau dia pembiayaan produktif kan dia bisa memutar dananya untuk keperluan usaha, hasilnya bisa dipakai mencicil pinjaman. Jadi, dia menguntungkan bisa menjadi kualitasnya bagus, portofolionya sehat," kata Suwandi kepada Bisnis, Rabu (9/7/2025).
Suwandi mengatakan strategi perusahaan multifinance adalah menawarkan produk pembiayaan modal usaha kepada nasabah-nasabah yang telah mengambil pembiayaan kendaraan dengan riwayat pelunasan yang baik.
"Itu yang kita lakukan dan ini jadi bagian dari harapan bahwa yang membeli kendaraan ini punya usaha atau tidak. Kalau punya UMKM, ini kan bisa kita bungkus lagi dengan pinjaman yang produktif, yang lebih kepada [kebutuhan] usahanya," tegasnya.
Sebagai informasi, piutang pembiayaan multifinance per Mei 2025 tercatat tumbuh 2,83% year on year (YoY) menjadi Rp504,58 triliun. Pertumbuhan piutang pembiayaan dalam periode ini didorong oleh pembiayaan modal kerja yang tumbuh 10,34% YoY.
Baca Juga
Selain berkontribusi pada pertumbuhan piutang, pembiayaan modal kerja juga menjadi salah satu pembiayaan yang menyumbang pendapatan bagi industri multifinance dengan pertumbuhan paling besar.
Berdasarkan statistik OJK dalam kuartal I/2025, pendapatan industri multifinance tercatat sebesar Rp36 triliun, terdiri dari pendapatan operasional sebesar Rp35,42 triliun dan pendapatan nonoperasional sebesar Rp575 miliar.
Dari pendapatan operasional tersebut, pendapatan bunga/bagi hasil/imbal jasa dari kegiatan operasional industri mencapai Rp29,10 triliun, atau 80,83% dari total pendapatan industri.
Apabila dibedah, porsi pendapatan operasional ini terbesar disumbang dari pembiayaan multiguna, pembiayaan investasi hingga pembiayaan modal kerja.
Pendapatan operasional dari pembiayaan multiguna mencapai Rp15,11 triliun, atau 41,96% dari total pendapatan. Angka ini tumbuh 4,63% YoY. Kemudian, pendapatan operasional dari pembiayaan investasi sebesar Rp7,95 triliun, atau mencapai 22,10% dari total pendapatan industri. Angka ini tumbuh 7,12% YoY.
Urutan ketiga, pendapatan operasional pembiayaan berdasarkan prinsip syariah mencapai Rp2,54 triliun, atau 7,07% dari total pendapatan. Angka ini tumbuh 12,52% YoY. Selanjutnya, pendapatan operasional pembiayaan modal kerja mencapai Rp2,51 triliun, atau 6,97% dari total pendapatan industri. Angka ini tumbuh 10,98% YoY.