JAKARTA: Bank Indonesia meminta masyarakat untuk tidak merisaukan penurunan cadangan devisa selama bulan lalu karena diperkirakan akan kembali meningkat seiring kuatnya pertumbuhan ekonomi domestik.
“Penurunan cadangan devisa merupakan konsekuensi dari kestabilan nilai tukar rupiah selama ini,” kata Difi A. Johansyah, Direktur Grup Humas BI kepada Bisnis, hari ini.
Menurut data BI, cadangan devisa RI anjlok US$5 miliar dalam sebulan yakni menjadi US$106,5 miliar pada akhir Juni dibandingkan dengan sebelumnya US$111,5 miliar. Hal itu melanjutkan penurunan yang terjadi pada Mei yang turun sekitar US$4,9 miliar dari bulan sebelumnya yang tercatat US$116,4 miliar.
“Penurunan itu didorong oleh intervensi bank sentral untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah. Nilai tukar rupiah dalam 2 bulan terakhir mengalami tekanan karena menguatnya dolar AS akibat ketidakpastian penyelesaian krisis utang di Uni Eropa,” ujarnya.
Pada saat yang sama sejumlah utang luar negeri swasta RI jatuh tempo sehingga meningkatkan permintaan terhadap dolar AS. Selain itu, juga terjadi repatriasi dividen karena perusahaan swasta yang dimiliki oleh investor asing mulai mengirimkan sebagian keuntungan ke negara asal. “Ini menyebabkan sebagian likuditas valas di dalam negeri mengalir ke luar negeri (capital outflow).”
Difi menegaskan BI optimistis cadangan devisa akan meningkat kembali seiring dengan kestabilan nilai tukar rupiah dan pertumbuhan ekonomi RI. “Sebagian investor yang sempat menarik dananya ke luar negeri akan kembali lagi ke Tanah Air,” ujarnya. (yus)