Bisnis.com, JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mendukung rencana akuisisi PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk., oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. untuk memperkuat perbankan di Indonesia.
Rosan P. Roslani, Ketua Kadin Indonesia Bidang Perbankan dan Finansial, menilai proses akuisisi BTN tidak akan mengubah bisnis model bank pelat merah itu.
Menurutnya, bisnis perbankan merupakan bisnis yang memiliki modal yang besar dengan regulasi yang ketat. Di Indonesia, hingga saat ini tidak ada satupun bank yang besar dan kuat baik BUMN maupun swasta seperti harapan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan.
"Dengan akuisisi itu, Bank Mandiri akan menjadi lebih besar dan dengan sendirinya akan membantu BTN yang berada di bawahnya," ungkapnya kepada Bisnis, Rabu (23/4/2014).
Dia berharap rencana akuisisi itu tidak hanya berhenti sampai BTN saja. Namun, pemerintah akan melebur bank-bank BUMN lain seperti PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. yang bisa diambilalih oleh Bank Mandiri atau PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Hal itu dilakukan untuk menghadapi masyarakat ekonomi Asean (MEA) khusus sektor perbankan yang akan dibuka pada 2020 mendatang. Dengan proses peleburan bank-bank BUMN itu, Indonesia akan memiliki bank yang besar dan dapat bersaing dengan bank-bank di kawasan.
Rosan menegaskan dukungan terhadap rencana akuisisi BTN oleh Bank Mandiri. Pasalnya, perlu diingat bahwa di Asean, sebanyak 60% pasar keuangan berada di Indonesia. Sehingga, Indonesia harus memiliki bank yang kuat.
Meskipun kini bank asing banyak yang beroperasi di Indonesia, ke depan, saat MEA telah dibuka, Rosan memprediksi akan lebih sengit persaingan dalam merebut pasar keuangan domestik.
Untuk itu, dia menilai semua pihak harus bekerjasama dalam penguatan pasar domestik. "Indonesia akan menjadi primadona MEA dan investor," katanya.
Menurut Rosan, pengembang tidak perlu khawatir terhadap rencana akuisisi ini. Dia menilai, fokus BTN akan tetap melayani sektor KPR dengan skema FLPP, karena akuisisi itu hanya perubahan pemegang saham semata.
Kendati demikian, katanya, memang diperlukan komitmen pemerintah bahwa dengan berubahnya pemilik saham BTN, perseroan tidak akan mengubah bisnis modelnya. Namun demikian, dia menilai untuk mengubah bisnis model bank itu tidak mudah.