Bisnis.com, DENPASAR - Niat Pemprov DKI melalui Bank DKI menjadi salah satu pemegang saham Bank NTT selangkah lagi terealisasi.
Kedua perwakilan pemerintah daerah rencananya akan bertemu pada Agustus ini untuk menindaklanjuti rencana tersebut.
Direktur Utama Bank NTT Daniel Tagu Dedo berharap rencana pembelian saham itu terealisasi tahun ini.
Dia mengungkapkan sebetulnya rencan tersebut bagian dari kesepakatan kerja sama antara Pemprov DKI dan Pemprov NTT yang ditandatangani pada April lalu.
"Namun, belum ditentukan berapa nilainya. Sudah ada kesepakatan salah satunya itu [pembelian saham], tetapi nanti akan dibicarakan lagi," jelasnya kepada Bisnis, Kamis (1/8).
Sebelumnya Wagub DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menyatakan niatnya membeli saham Bank NTT.
Sementara, Dirut Bank DKI Eko Budiwiyono mengakui tengah melakukan kajian untuk mendalami kemungkinan membeli kepemilikan saham di sejumlah BPD yang pemdanya melakukan kerja sama dengan DKI.
Daniel menegaskan Bank NTT sangat terbuka dengan upaya Pemprov DKI menanamkan dananya di bank tersebut karena akan mendukung upaya Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (Asbanda) mendorong konsolidasi antar BPD.
Selain itu, lanjutnya, saat ini Bank NTT berupaya menaikkan status menjadi bank kategori buku II, yaitu, modal intinya di atas Rp1 triliun.
Namun, rencana itu masih terkendala lantaran hingga penghujung Juni, modal intinya baru mencapai Rp978 miliar, atau masih kurang untuk masuk kategori buku II.
Karena itu, katanya, diharapkan DKI mau mengeluarkan dana Rp100 miliar-Rp200 miliar untuk pembelian saham sehingga sangat membantu meningkatkan modal inti.
Dia menegaskan meskipun DKI akan masuk, tetapi Pemprov NTT mengajukan syarat, yaitu, tetap menjadi pemegang saham mayoritas.
Berdasarkan laporan kinerja keuangan Bank NTT, hingga semester I-2014, total aset bank yang dimiliki oleh Pemprov NTT dan 21 kabupaten/kota itu mencapai Rp9,57 triliun, naik 32,07% dibandingkan periode sama tahun lalu Rp7,35 triliun.
Peningkatan aset itu ditopang oleh naiknya simpanan dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp7,8 triliun, meningkat 54,2% dibandingkan periode sama tahun lalu Rp5,07 triliun. Sementara kredit yang disalurkan mencapai Rp5,16 triliun dan laba bersih Rp191 miliar..