Bisnis.com, JAKARTA--Belum ada tanda-tanda ekuilibrium antara himpunan dana masyarakat terhadap penyaluran fungsi intermediasi oleh bank, membuat otoritas perbankan semakin bergegas menambah instrumen baru.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengungkapkan BI tengah mengkaji penerbitan negotiable certificates of deposit (NCD) bersama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
"Bank pasti perlu deposito tambahan, selain dari nasabah," ungkapnya, Jumat (5/9/2014).
Mirza mengungkapkan rasio pembiayaan terhadap pendanaan (loan to deposit ratio) bank hampir menyentuh 92% yakni batas atas ketentuan giro wajib minimum (GWM) LDR industri perbankan.
Managing Director of Treasury, Financial Institutions & Special Asset Management PT Bank Mandiri Tbk Royke Tumilaar mengungkapkan perseroan tengah menunggu regulasi dari BI dan OJK untuk penerbitan NCD.
Menurutnya, instrumen yang sedang dikaji tersebut dapat meningkatkan likuiditas.
"Kalau sudah ada, kami ingin sekali. Karena bisa menambah DPK dan memperbanyak sumber dana, karena dapat mengurangi mismatch," ungkapnya,
Menurutnya, NCD tersebut dapat menyediakan likuiditas dalam jangka panjang. Sembari menanti instrumen yang akan dirilis, bank pelat merah ini membatalkan penerbitan global bonds karena mempertimbangkan kondisi waktu dan pricing yang dinilai kurang tepat.
Pembatalan penerbitan global bonds di tahun ini karena perseroan menilai likuiditas dolar masih mencukupi. Menurutnya, persoalan yang kini dihadapi bukan likuiditas dalam dolar, tetapi rupiah.
Royke mengungkapkan untuk memenuhi kebutuhan proyek-proyek infrastruktur, persereroan akan beralih ke obligasi domestik. Namun realiasasi tersebut masih menunggu pemerintahan baru.
Adapun rasio LDR dan rasio kewajiban penyertaan modal minimum Bank Mandiri hingga Juni 2014 masing-masing 85,4% dan 16,04%.