Bisnis.com, MANADO—PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Utara (Bank Sulut) masih akan mempertimbangkan waktu yang tepat dalam rencana penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) tahun depan.
Jeffry Salilo, Direktur Kepatuhan Bank Sulut, menuturkan pihaknya sedang melakukan berbagai persiapan upaya terjun ke pasar modal itu, mulai dari berbicara dengan Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga mencari penasihat keuangan (financial advisor) dan penjamin emisi (underwriter).
“Sebagaimana kita ketahui, pasar saham tahun ini saja berfluktuasi karena imbas Pemilu. Mudah-mudahan 2015 kondisinya membaik sehingga kami akan mencari timing yang tepat,” ujarnya, Senin (29/12).
Menurutnya, jika berbagai perangkat perusahaan itu telah terbentuk dan momen yang dinilai telah tepat, bank dengan slogan Torang Pe Bank itu akan meminta persetujuan rapat umum pemegang saham (RUPS) untuk merealisasikan rencana tersebut.
Dia menjelaskan hal itu dilakukan sebagai salah satu langkah perseroan untuk naik tingkat dari bank umum kegiatan usaha (BUKU) 1 menjadi BUKU 2 pada 2015 mendatang.
Hingga November 2014, modal inti Bank Sulut tercatat sebesar Rp608,96 miliar, yang terdiri dari modal disetor Rp408,07 miliar dan laba bersih Rp200,89 miliar.
Selain itu, pemegang saham perseroan juga berkomitmen untuk menambah modal paling sedikit Rp150 miliar hingga akhir tahun ini.
Direktur Operasional Bank Sulut Judy Koagow menuturkan penambahan modal ini telah disepakati dalam RUPS yang digelar di Bali pada Agustus lalu. “Itu dilakukan bertahap oleh masing-masing pemegang saham,” tegasnya.
Sebagai informasi, saham Bank Sulut dimiliki mayoritas oleh Pemprov Sulut dan Gorontalo sebesar 36,97%, pemkab/pemkot di Sulut 15,20%, pemkab/pemkot di Gorontalo 17,30%, Koperasi Karyawan 5,54%, dan PT Mega Corpora 24,99%.
“Untuk saat ini, kami targetkan dana Rp300 miliar-Rp400 miliar dari IPO. Namun, perkembangannya bisa saja berubah sesuai dengan kebutuhan nanti,” tegasnya.
Bila modalnya di atas Rp1 triliun, maka banyak kegiatan yang bisa dilakukan oleh Bank Sulut, seperti penyertaan modal dengan mendirikan anak usaha atau mendirikan kegiatan bisnis perbankan lainnya.
“Ibaratnya BUKU 1 itu masih bank tradisional. Nah, kalau sudah BUKU 2 itu sudah semiprofesional,” katanya.