Bisnis.com, JAKARTA—PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) sebagai induk dari PT Reasuransi Nasional Indonesia (Nas Re) mematok target laba Rp200 miliar bagi anak usahanya tersebut.
Direktur Utama Askrindo Antonius C.S. Napitupulu menyatakan seiring dengan target laba yang semakin besar, perolehan premi Nas Re juga dipatok tumbuh dua kali lipat dari tahun lalu. “Ini kan bakal ada penjenuhan kapasitas, makanya kami memberi target besar,” ujarnya kepada Bisnis.com.
Sebagai pengingat, Otoritas Jasa Keuangan [OJK] akan segera mengeluarkan Peraturan OJK (POJK) terkait optimalisasi kapasitas reasuransi dalam negeri. Hal itu dilakukan guna meningkatkan penjenuhan reasuransi dalam negeri.
Secara bersamaan, sebanyak empat perusahaan reasuransi yang tergabung dalam Indonesian Professional Reinsurer (IPR) sepakat melakukan konsolidasi kapasitas atau joint-capacity (JC) dalam menjalankan transaksi reasuransi di Indonesia.
Keempat perusahaan yang melakukan konsolidasi yaitu Nas Re, PT Reasuransi Internasional Indonesia (Reindo), PT Tugu Reasuransi Indonesia (Tugu Re), dan PT Maskapai Reasuransi Indonesia (Marein).
Frans Y. Sahusilawane, Direktur Utama PT Asei Reasuransi Indonesia (Asei Re) mengatakan, setelah dikonsolidasikan, kapasitas IPR mampu menampung 60% treaty. “Jadi sebenarnya kapasitas kita cukup besar,” ungkapnya.
Rencana-rencana terkait penjenuhan kapasitas itulah yang membuat Antonius optimistis memasang target lebih tinggi ke Nas Re.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan, perusahaan reasuransi itu membukukan premi bruto senilai Rp2,09 miliar. Pertumbuhan premi tersebut dibarengi dengan pertumbuhan hasil underwriting dari Rp59 miliar menjadi Rp124,57 miliar.
Tak hanya itu, perolehan hasil investasi yang juga meningkat dari tahun sebelumnya mendorong perolehan laba ke angka Rp131,08 miliar. Dari segi aset, Nas re membukukan aset senilai Rp2,93 triliun.
Seiring dengan akan meningkatnya pertanggungan ulang yang dilakukan Nas Re, Antonius menyebutkan pihaknya akan menyuntikkan modal. “Kalau kami enggak inject, kapasitas Nas Re bakal terbatas. RBC-nya bakal mentok,” ungkapnya.
Rencana penyuntikan modal tersebut, sambung Antonius akan dilakukan pada semester I ini. Dia belum bisa memastikan tepatnya kapan.
Dalam menjalankan bisnisnya, Nas Re melakukan retrosesi ke sejumlah perusahaan reasuransi. Di dalam negeri, retrosesiner utama Nas Re adalah PT Tugu Reasuransi Indonesia.
Di luar negeri, Nas Re melakukan retrosesi dengan lebih dari 12 perusahaan reasuransi. Retrosesiner terbesar adalah Everest Reinsurance Company. Perusahaan reasuransi di Singapura ini menampung 22,66% sesi asuransi dari Nas Re.