Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah pelaku usaha multifinance beramai-ramai mengincar segmen pembiayaan modal kerja yang terkait dengan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) pada tahun ini.
Pasalnya, skema pembiayaan dengan UMKM tidak jauh berbeda dengan usaha multifinance yang dilakukan selama ini. Skema tersebut bisa dilakukan dengan melakukan kerja sama pembiayaan bersama antara bank dan multifinance.
Potensinya pun cukup besar karena perusahaan pembiayaan bisa memanfaatkan costumer base-nya yang terdiri dari berbagai latar belakang profesi, termasuk pelaku UMKM.
“Mereka [multifinance] tidak perlu menyiapkan sistem yang baru karena pasarnya memang sudah di kisaran itu dan nilai pembiayaannya tidak besar. Apalagi, strategi cross selling bisa dilakukan jika mereka merambah ke sektor UMKM,” ucap Efrinal Sinaga, Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI), Jumat (20/2/2015).
Sebut saja, PT Bentara Sinergies Finance (Bess Finance), PT Adira Dinamika Multifinance (Adira Finance), PT Batavia Prosperindo Finance Tbk (BPFI) menyatakan ketertarikannya untuk menggarap pembiayaan bagi UMKM.
Menurut Direktur Utama Bess Finance Anta Winata, perluasan lini bisnis tersebut tidak akan dilakukan secara terburu-buru, sehingga operasionalisasinya baru dilakukan pada semester kedua tahun ini.
Untuk mewujudkan rencana tersebut, Anta berencana untuk merangkul mitra kerja yang sudah berpengalaman di sektor pembiayaan UMKM. Pada tahapan pertama, Bess Finance masih menyiapkan standar produk yang akan dijual ke UMKM sekaligus membentuk divisi khusus untuk mengurusi bisnis baru itu.
Selain pembiayaan UMKM, beberapa sektor lainnya misalnya pembiayaan multiguna, dan kredit pemilikan rumah (KPR) juga sudah dibidik oleh sebagian multifinance. Khusus untuk pembiayaan multiguna, perusahaan pembiayaan tengah mengincar pendanaan untuk pendidikan, umroh, dan haji.
Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis.com, multifinance cukup optimistis perluasan lini bisnis ke sektor multiguna dan KPR berpeluang mengerek pendapatan pada tahun ini. Apalagi, sektor bisnis utama industri pembiayaan yaitu motor, mobil, dan alat berat diprediksi bakal tertekan dalam satu hingga dua tahun mendatang.
APPI sendiri bahkan memperkirakan perluasan bisnis pembiayaan ke multiguna, investasi, dan modal kerja itu berpotensi menaikkan pertumbuhan pembiayaan hingga 10%-15% pada tahun ini.