Bisnis.com, JAKARTA - Bunga kredit untuk rumah bakal turun? Begitu BI Rate --suku bungan asuan Bank Indonesia-- turun 0,25 basis poin sejak beberapa bulan lalu, kini penurunan itu diupayakan. Para pengembang melalui asosiasi merkea --Real Estate Indonesia (REI)-- sedang berjuang.
Real Estate Indonesia Jawa Tengah, misalnya, kini mendesak pemerintah untuk mendorong turunya suku bunga kredit perbankan menyusul penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar 0,25 basis poin yang sudah dilakukan sejak beberapa bulan lalu.
"BI rate kan sudah turun, tetapi memang penurunan BI rate ini tidak harus diikuti oleh penurunan suku bunga setiap perbankan," kata Wakil Ketua Bidang Promosi, Humas dan Publikasi DPD REI Jawa Tengah Dibya Krisnanda Hidayat di Semarang, Kamis (2/4/2015).
Meski demikian, pihaknya berharap agar pemerintah mampu mendorong perbankan untuk segera ikut menurunkan suku bunga salah satunya kredit sehingga dapat meringankan masyarakat.
Dia mengakui sejauh ini satu-satunya dampak penurunan suku bunga acuan BI tersebut adalah perbankan mulai berani melakukan fix rate atau bunga tetap dalam jangka waktu lama salah satunya dua tahun.
"Sebelumnya, kan cenderung tidak ada yang berani mengeluarkan fix rate, tetapi floating rate yaitu mengikuti keadaan pasar yang bisa naik atau turun setiap saat," katanya.
Pihaknya berharap, dengan adanya penurunan suku bunga kredit dari perbankan tersebut dapat mendorong peningkatan transaksi sektor properti di Jawa Tengah. Meski belum menyampaikan target nominal untuk tahun ini, tetapi pihaknya berharap agar realisasi capaian penjualan pada tahun ini lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang mencapai Rp500 miliar untuk seluruh tipe rumah.
Sementara itu, Ketua DPD REI Jateng MR Prijanto juga berharap agar kondisi ekonomi pada awal tahun ini tidak berdampak signifikan terhadap penjualan rumah di Jawa Tengah sehingga target pembangunan 10 ribu unit rumah untuk tahun ini dapat terealisasi.
"Kalau kenaikan dolar AS tidak begitu berpengaruh terhadap ongkos produksi rumah, bahkan material yang didatangkan secara impor yaitu semen dan besi juga belum mengalami kenaikan harga," katanya.
Menurutnya, yang sangat berpengaruh terhadap kenaikan harga material sehingga berdampak pada tingginya ongkos produksi yaitu kenaikan harga BBM.
Selama ini, yang terjadi dari fluktuasi harga BBM tersebut, jika harga BBM mengalami kenaikan akan langsung diikuti oleh kenaikan harga material bangunan, tetapi ketika harga BBM turun tidak diikuti oleh penurunan komoditas tersebut.