Bisnis.com, JAKARTA—Dua instrumen investasi yakni deposito dan saham masih menjadi primadona investasi bagi industri perasuransian di Indonesia.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang dikutip Bisnis pada Rabu (8/4), jumlah investasi asuransi jiwa mencapai Rp611,617 triliun, sedangkan total investasi asuransi umum sebesar Rp287,998 triliun pada Februari 2015.
Adapun, alokasi investasi terbesar asuransi umum sebesar Rp31,708 triliun di deposito, kemudian diikuti obligasi sekitar Rp9,813 triliun, dan reksadana Rp8,956 triliun.
Sebaliknya, tiga besar dana kelolaan asuransi jiwa ditempatkan di saham Rp92,85 triliun, reksadana Rp70,462 triliun, dan obligasi Rp70,553 triliun.
“Berbeda dengan asuransi jiwa yang tren pengelolaan dana investasinya cukup dinamis, di asuransi umum, lebih konservatif. Kami membutuhkan dana jangka pendek yang bisa dicairkan dengan cepat alias likuid,” ungkap Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Julian Noor ketika dihubungi oleh Bisnis, Kamis (9/4).
Pada tahun ini, dirinya memprediksi tidak akan ada banyak perubahan terhadap alokasi investasi perusahaan asuransi umum.
Meskipun demikian, Julian mengatakan pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia bakal mengerek turun bunga deposito.
Untuk itu, menurutnya, perusahaan asuransi umum akan mengalihkan porsi investasi deposito ke beberapa instrumen lainnya, misalnya reksadana, obligasi, atau saham.
“Kalau pun itu [pengalihan] terjadi, porsinya hanya berkisar 15%-20%. Intinya tidak begitu signifikan lah,” ungkapnya.