Bisnis.com, JAKARTA--Kelompok Bank Pembangunan Daerah (BPD) pada tahun ini sepertinya masih harus berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaannya karena rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) di kelompok BPD diindikasikan meningkat akibat perlambatan ekonomi.
Ketua Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (Asbanda) Eko Budiwiyono mengatakan kelompok BPD diharapkan senantiasa menerapkan prinsip kehati-hatian karena beberapa sektor masih mengalami tekanan.
“Untuk tahun ini, ada kecenderungan NPL BPD naik, terutama di sektor konstruksi, sehingga harus masih hati-hati. Komoditas juga masih kami perhatikan, terlebih tahun ini juga masih tahun politik karena akan ada pemilihan kepala daerah (pilkada),” ujarnya di Jakarta, Selasa (28/4/2015).
Eko menyebutkan hampir semua BPD mengalami penaikan NPL.
Termasuk bank yang dipimpinnya, yakni PT Bank Pembangunan Daerah Khusus Ibu Kota (Bank DKI) yang mencatatkan peningkatan NPL sepanjang akhir tahun lalu sebesar 2,92% atau meningkat dari akhir tahun sebelumnya yang sebesar 1,47%.
Lebih lanjut, dirinya menilai komoditas batu bara yang sempat terpuruk akibat rendahnya harga jual, bisa mulai terkerek apabila proyek infrastruktur pemerintah, khususnya yang membutuhkan batu bara seperti pembangkit listrik, sudah mulai jalan.
Hal ini disebabkan meningkatnya demand dari dalam negeri untuk mengimbangi permintaan dari negara lain yang menurun.
Menurut data Statistik Perbankan Indonesia, kelompok BPD mencatatkan peningkatan tipis rasio kredit bermasalah dari 3,76% pada Januari 2015 menjadi 3,79% pada Februari 2015.
Secara year on year, NPL kelompok BPD mengalami peningkatan sebesar 129 basis poin dibandingkan Februari tahun sebelumnya yang sebesar 2,9%.