Bisnis.com, JAKARTA--Sektor konsumsi masih menjadi andalan bank-bank Tanah Air di tengah penyaluran kredit perbankan yang melesu akibat perlambatan ekonomi.
Berdasarkan Survei Perbankan kuartal II/2015 yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, menunjukkan pertumbuhan kredit baru pada kuartal II/2015 bersumber dari kredit konsumsi, terutama dari kartu kredit dengan saldo bersih tertimbang (SBT) sebesar 56,8%, kredit pemilikan rumah/apartemen dengan SBT sebesar 55,7%, dan kredit tanpa agunan dengan SBT sebesar 43,6%.
Direktur Bisnis PT BNI Syariah Imam Teguh Saptono menuturkan di saat beberapa sektor terpukul sebagai dampak melemahnya perekonomian global dan nasional, perseroan lebih memilih untuk menyalurkan pembiayaan ke sektor konsumsi.
"Di tengah kondisi seperti sekarang ini, kami cenderung ke konsumsi yang relatif aman," ucapnya kepada Bisnis baru-baru ini.
Imam menyebutkan saat ini porsi pembiayaan konsumsi sebesar 53% dari total pembiayaan yang disalurkan perseroan atau senilai Rp8,9 triliun. Lebih lanjut, dirinya memerinci dari jumlah tersebut, senilai Rp7,5 triliun disalurkan dalam bentuk pembiayaan pemilikan rumah. Jumlah ini meningkat sekitar 12% dari posisi akhir tahun lalu.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan per Mei 2015 tercatat piutang perseroan senilai Rp13,24 triliun, piutang qardh senilai Rp581,23 miliar, dan pembiayaan bagi hasil senilai Rp2,75 triliun.
"Hingga akhir tahun, pembiayaan ke sektor konsumsi kami harapkan dapat tumbuh antara 20% hingga 25%," lanjut Imam.
Direktur Utama PT Bank Harda Internasional Antonius Prabowo Argo mengatakan sektor konsumsi menjadi target penyaluran kredit perseroan. Penyaluran kredit konsumsi ini diutamakan untuk para debitur yang dapat memberikan jaminan, seperti pembayaran cicilan yang langsung dipotong dari gaji.
Dirinya menjelaskan BHI akan menerapkan sikap kehati-hatian dalam menyalurkan kredit konsumsi dengan melihat terlebih dahulu tempat bekerja calon penerima kredit.
"Mereka kerja di perusahaan yang bergerak di bidang apa dulu. Kalau bekerja di perusahaan pertambangan, misalnya, agak riskan juga. Kami seleksi berdasarkan industrinya dulu, baru ke end user," kata Antonius.
Senada dengan BNI Syariah, kredit konsumsi yang disalurkan perseroan didominasi oleh kredit pemilikan rumah (KPR). Adapun porsi kredit konsumsi adalah sebesar 4% dibandingkan keselurahan kredit yang disalurkan.
Per akhir tahun lalu BHI mencatatkan penyaluran kredit senilai Rp1,5 triliun dan diproyeksikan dapat tumbuh sebesar 30% pada tahun ini. Rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) per Juni sebesar 2,7% dan ditargetkan berada di level 2% pada Desember 2015.