Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat, setiap orang dituntut untuk lebih bijak membelanjakan uangnya, baik dalam rangka berinvestasi maupun memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Namun, bagaimana sebaiknya investor bersikap menghadapi fluktuasi pasar modal akibat depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar? Dan, apa yang harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari untuk menghadapi kenaikan harga sejumlah barang-barang kebutuhan sehari-hari?
Menurut perencana keuangan independen dari Tatadana Consulting Tejasari Asad, investor sebaiknya terus berinvetasi pada produk-produk investasi di Indonesia, seperti tetap membeli reksa dana saham ataupun membeli saham yang memiliki fundamental baik. “Selain harganya cukup murah, juga memperkuat pasar modal Indonesia,” katanya kepada Bisnis.com.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sedang turun, jelasnya, justru memberikan sinyal kepada para investor untuk masuk ke pasar modal.
Bagi para investor yang sudah mempunyai saham, sebaiknya tidak terburu-buru dan tergiur untuk menjualnya sekarang ini. Sebaiknya, pertahankan saham yang sudah ada karena jika menjualnya saat ini, investor berisiko mengalami cut loss yang cukup tinggi.
Yang dimaksud dengan cut loss, yakni mengurangi potensi kerugian dengan menjual saham, tetapi harganya lebih rendah ketimbang harga beli.
Di tengah kondisi kurs dolar sedang tinggi, kata Tejasari, sebaiknya para investor menghindari berinvestasi dengan membeli mata uang AS itu secara langsung karena tingkat keuntungannya relatif tidak besar lagi.
Selain itu, sebaiknya hindari berinvestasi pada produk investasi yang berbasis dolar seperti reksa dana dolar.
Selanjutnya, dalam kehidupan sehari-hari, tingginya dolar sangat berpengaruh terhadap harga berbagai kebutuhan. Apalagi, barang-barang impor yang tentunya ikut melejit harganya.
Di sisi lain, kendati harga berbagai kebutuhan melonjak, tidak secara otomatis penghasilan juga ikut naik. Jika penghasilan naik tentu boleh sedikit bernapas lega, tetapi jika tidak? Perlu pasang strategi agar tidak merugi.
Perempuan yang mengakrabi dunia keuangan sejak 1996 itu mengingatkan untuk berhemat menyikapi kondisi saat ini. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk berhemat di tengah dolar yang sedang berjaya.
Pertama, cobalah memilah kembali mana pengeluaran yang penting dan tidak penting, sehingga Anda juga bisa membuat prioritasnya. Setelah mengetahui hal tersebut, langsung saja kurangi pengeluaran yang sebetulnya tidak terlalu penting, misalnya makan di luar.
Kedua, carilah substitusi barang yang harganya mengalami kenaikan akibat penguatan dolar. Dalam hal ini, Anda bisa mencari barang yang manfaatnya sama dengan barang lainnya, tetapi dari segi harga sesuai dengan bujet yang ada.
Sebagai contoh, perempuan yang terbiasa merawat tubuhnya di salon dengan luluran dan berbagai treatment lainnya, bisa lebih hemat jika melakukannya sendiri di rumah. Contoh lainnya, jika selama ini biasa membeli bahan makanan tertentu seperti makanan impor yang harganya naik karena dipengaruhi dolar, carilah bahan makanan yang memiliki kualitas tak jauh berbeda, tetapi harganya lebih rendah.
Kalau sudah hidup hemat, kondisi keuangan tentunya tidak terlalu terpengaruh dengan penguatan dolar karena pengeluaran tidak akan melampaui penghasilan. Sebaliknya, jika seseorang boros atau pengeluarannya senantiasa melebihi penghasilan, tentu saja kondisi keuangannya akan terganggu, apalagi di tengah kondisi seperti saat ini.
Jadi, jangan ragu untuk tetap berinvestasi, dan jangan lupa pula untuk berhemat!