Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia menyatakan penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) primer dalam bentuk rupiah sebesar 50 basis poin menjadi 7,5% dapat membuat kalangan perbankan menurunkan suku bunga kredit.
Deputi Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan penurunan GWM ini akan berdampak pada penambahan likuiditas perbankan senilai Rp18,22 triliun.
"Kalau ada penambahan dana ini akan berdampak pada naiknya penyaluran kredit bank. Mungkin enggak langsung pengaruh di bulan Desember, bisa di 2016," ujarnya di Jakarta, Kamis (19/11/2015).
Kendati demikian, apabila tambahan dana bagi perbankan ini tidak dapat disalurkan untuk kredit, lanjut Mirza, paling tidak dapat menurunkan suku bunga deposito.
Kalangan perbankan bisa memanfaatkan dana segar itu untuk mengurangi ketergantungan terhadap dana deposito yang mahal melalui pemangkasan bunga deposito dan diharapkan suku bunga kredit juga dapat diturunkan
"Kalangan perbankan bisa bunga depositnya diturunkan yaa kemudian tinggal banknya mau turunkan bunga kredit atau enggak. Kalau ada tambahan dana, ya seharusnya bunga kredit turun. tetapi ini bukan mesin, selalu ada leg," ucap Mirza.
Dia menambahkan pemangkasan GWM primer ini juga pernah diambil oleh Bank Sentral China (People Bank of China/PBoC) sebelum akhirnya menurunkan tingkat suku bunga acuannya.
Bank Sentral, lanjutnya, masih perlu untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI rate di level 7,5% karena tekanan eksternal masih besar.
Kendati demikian, pihaknya belum dapat memproyeksikan pertumbuhan kredit perbankan pasca penurunan GWM primer.
"Karena memang bukan ilmu matematika bahwa kalau GWM primer diturunkan 0,5%, langsung pertumbuhan kreditnya seperti apa. Ini adalah suatu sinyal yang harus disambut positif. GWM ini juga pelonggaran moneter yang kami lakukan. Untuk bunga acuan, intinya inflasi harus pasti terjaga dahulu," tutur Mirza.