Bisnis.com, JAKARTA--Rencana konsolidasi perbankan pelat merah berupa investment holding di bawah PT Danareksa (Persero), yang telah disetujui oleh bankir bank badan usaha milik negara, diproyeksi membuat total aset tujuh perusahaan menembus angka Rp2.400 triliun.
Kementerian BUMN kembali berencana untuk menggabungkan empat bank BUMN listed bersama dengan dua perusahaan pelat merah lainnya di bawah PT Danareksa (Persero).
Empat emiten bank BUMN a.l. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kemudian, dua BUMN lain adalah PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero) dan PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero).
Targetnya, pemerintah akan merealisasikan roadmap investment holding bank BUMN pada 2018. Bila dilebur, total aset ketujuh perusahaan persero itu mencapai Rp2.477 triliun.
Sumber Bisnis.com di internal PT Danareksa (Persero) yang enggan disebutkan namanya membenarkan rencana pemerintah untuk membentuk holding pelat merah perbankan. Rencana peleburan BUMN perbankan memang telah lama direncanakan oleh pemerintah.
Dia menuturkan, sejak era Menteri BUMN Tanri Abeng, rencana konsolidasi perbankan pelat merah telah direncanakan. Saat itu, pemerintah ingin berguru dari konsolidasi Temasek dan Khasanah di Singapura dan Malaysia.
Konsolidasi di Negeri Jiran itu, sambungnya, menjadi best practice bagi bank BUMN. Sayangnya, peleburan bank pelat merah itu belum kunjung terwujud hingga saat ini.
"Kita sudah terlambat sekali kalau dibandingkan dengan Khasanah dan Temasek. Keduanya bisa menjadi success story sehingga BUMN bisa menjadi raksasa karena sinergi," tuturnya, Rabu (17/2/2016).
Menurutnya, konsolidasi bank BUMN akan membuat ukuran dan kapasitas perusahaan semakin besar, serta mempermudah pengawasan. Sehingga, bank hasil merger itu memiliki modal melimpah, sumber daya manusia lebih banyak, kinerja dipastikan akan membaik.
Jika empat bank BUMN dilebur menjadi satu, katanya, hanya akan menjadi bank terbesar ke-5 di Asean. Padahal, saat menghadapi MEA, bank-bank di Indonesia harus mampu bersaing dengan bank asal Malaysia, Singapura, dan Thailand.
"Padahal kita penduduk besar, ekonomi juga besar. Tinggal mencontoh kesuksesan konsolidasi di negara tetangga, perlu sedikit adjustment," tuturnya.
Mekanisme yang dapat dilakukan untuk peleburan itu, kata dia, harus menyesuaikan dengan kondisi politis dan aset masing-masing bank. Rencana penggabungan harus diawali dengan membentuk struktur holding.
Jika secara struktural sudah sinergi, tuturnya, opsi merger atau akusisi akan dilakukan secara alamiah. Bila kesepakatan sudah didapatkan menjadi grup raksasa, manajemen baru akan menata ulang sehingga tidak terjadi duplikasi fungsi.
"Penggabungan itu akan menambah sumber daya baru, tenaga baru, misalnya membesarkan balance sheet untuk akuisisi menambah jaringan, bahkan bisa akuisisi DBS," jelasnya.
Berikut total aset perusahaan BUMN 2015 yang akan dijadikan holding dalam triliun rupiah:
BUMN | 2014 | 2015 | Perubahan (%) |
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. | 855,04 | 905,76* | 5,93 |
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. | 801,98 | 878,42 | 9,53 |
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. | 416,57 | 508,59 | 22,09 |
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. | 144,58 | 171,81 | 18,83 |
PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) | 4,58 | 5,22** | 13,09 |
PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero) | 3,19 | 3,94*** | 23,59 |
PT Danareksa (Persero) | 2,53 | 3,45** | 36,45 |
Keterangan: *=Per 30 September 2015 dan 31 Desember 2014, **=Per 31 Desember 2014 dan 31 Desember 2013, ***=Per 30 Juni 2015 dan 31 Desember 2014.
Sumber: laporan keuangan perseroan, diolah.