Bisnis.com, JAKARTA—Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia memperkirakan Bank Indonesia tetap mempertahankan suku bunga acuan sebesar 7%.
Fabrio Kacaribu, Kepala Peneliti Studi Makro dan Perdagangan Internasional LPEM, mengatakan suku bunga the Fed akan naik lebih cepat dari perkiraan sehingga bisa menekan rupiah. Perkiraan inflasi yang tinggi pada 2016 bukan menjadi pertanda baik untuk BI melakukan pelonggaran moneter.
“Kami mempredisi Bank Indonesia tetap mempertahankan suku bunga acuan sebesar 7%,” katanya melalui siaran pers, Kamis (17/3/2016).
Namun, dia meyakini sejumlah serial paket yang telah dikeluarkan telah mempengaruhi ekonomi secara luas. Dia memprediksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2016 terdorong hingga mencapai 5,2% (year-on-year).
“Saat ini, apresiasi rupiah mampu mengurangi tingginya inflasi karena menurunnya aktivitas ekonomi,” imbuhnya.
Sebelumnya, sejumlah ekonom yang disurvei Bisnis menyatakan BI akan hati-hati dan tidak agresif dalam menurukan suku bunga acuan. Ruang pelonggaran rate disinyalir oleh sejumlah ekonom turun tipis ke 6,75%.
Seperti diketahui, BI telah konsisten memangkas suku bunga acuan pada dua bulan pertama tahun ini masing-masing 25 basis poin dengan posisi saat ini 7%.
Saat ini, Rapat Dewan Gubernur masih berlangsung. Rapat itu telah terlaksana sejak kemarin (16/3/2016).