Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

EFISIENSI BANK: BOPO Beberapa Bank Besar Naik

Ketika Otoritas Jasa Keuangan tengah mendorong bank untuk meningkatkan efisiensinya, rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional beberapa bank besar mengalami peningkatan.
Ilustrasi/www.udku.com.au
Ilustrasi/www.udku.com.au

Bisnis.com, JAKARTA--Ketika Otoritas Jasa Keuangan tengah mendorong bank untuk meningkatkan efisiensinya, rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional beberapa bank besar mengalami peningkatan.

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. salah satunya, yang mencatatkan peningkatan rasio BOPO sebesar 406 basis poin (bps) secara tahunan (year on year) dari 68,04% menjadi 72,10% pada Maret 2016.

Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo mengatakan peningkatan rasio BOPO tersebut disebabkan oleh penaikan provisi atau pencadangan seiring naiknya kredit bermasalah (non performing loan/NPL) perseroan.  Pada 3 bulan pertama tahun ini, NPL perseroan mengalami penaikan dari 2,02% menjadi 2,22% secara tahunan.

Hal ini disebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi dan berdampak pada nasabah yang mengalami kesulitan pada usahanya. "Terutama nasabah di sektor agribisnis dan pertambangan," katanya, Senin (2/5/2016).

Dengan adanya peningkatan NPL tersebut, pencadangan bank spesialis kredit mikro ini juga mengalami peningkatan dari Rp15,39 triliun menjadi Rp18,51 triliun. Haru menjelaskan walaupun rasio BOPO meningkat, namun apabila dilihat dari cost efficiency ratio (CER), mengalami pembaikan, yakni dari 45,08% menjadi 42,88%.

Salah satu pendorong penurunan CER perseroan adalah mulai meredanya tekanan biaya dana atau cost of fund yang turun dari 4,74% menjadi 3,98% pada kuartal I/2016.

PT Bank Central Asia Tbk. juga mencatatkan peningkatan rasio BOPO sebesar 23 bps dari 67,4% menjadi 69,7% y-o-y. Padahal, pada kuartal II tahun lalu rasio BOPO perseroan mulai menurun hingga akhir tahun.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan peningkatan rasio BOPO ini disebabkan masih bertambahnya kebutuhan penambahan jaringan kantor perseroan.

"Kami masih butuh penambahan cabang, namun kami tetap berkiblat pada ekonomi nasional, yakni mengembangkan ekonomi daerah terutama sentra bisnis," katanya.

Pada kuartal awal tahun ini, bank swasta terbesar di Indonesia ini telah membuka 12 kantor cabang dari rencana sepanjang tahun sebesar 32 hingga 40 unit kantor cabang. Selain itu, perseroan juga bakal menambah mesin anjungan tunai mandiri (ATM) sekitar 500 unit dan mesin electronic data captured (edc) sebanyak 80.000 unit.

"Ekspansi paling tidak 2 tahun baru break even poin," terang Jahja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper