Bisnis.com, JAKARTA -- PT Adira Dinamika Multifinance Tbk. menargetkan dapat menyalurkan pembiayaan Rp34 triliun-Rp35 triliun pada 2017.
I Made Dewa Susila, Direktur Keuangan Adira Dinamika Multifinance (Adira Finance) menuturkan meski industri otomotif tengah mencari keseimbangan baru, perusahaan masih menjadikan pembiayaan otomotif sebagai sumber utama bisnis.
Adira, kata Made, telah menjajaki pembiayaan multiguna akan tetapi lini ini belum dapat diharapkan sebagai sumber utama pertumbuhan.
“Kami tidak akan pernah keluar dari otomotif. Namun kami beyond otomotif,” kata Made, Jumat (23/12/2016).
Dia mengatakan saat ini dari pembiayaan baru yang disalurkan oleh Adira terjadi pergeseran pola produk. Saat ini pembiayaan mobil terus membesar. Meski begitu komposisi pembiayaan yang disalurkan secara total masih didominasi motor yang mencapai 55%.
Sedangkan pembiayaan mobil mencapai 43% dari pembiayaan baru. Sementara sisanya merupakan pembiayaan lainnya.
“Mobil semakin membesar kemungkinan [komposisi bisnisnya] menjadi 50-50,” katanya.
Untuk mencapai target di 2017, Made mengharapkan pemerintah dapat menjaga daya beli masyarakat. Pemerintah diharapkan dapat mendorong konsumsi tetap tumbuh di tengah masyarakat dengan menjaga inflasi dan harga yang dikendalikan pemerintah.
Apalagi dalam struktur ekonomi Indonesia pertumbuhan ekonomi tidak dapat mengandalkan belanja negara sebagai satu-satunya penopang pertumbuhan ekonomi.
“Sumbangan negara para perekonomian hanya 15%, sisanya merupakan konsumsi masyarakat. Untuk itu harus dijaga,” katanya.
Sementara untuk sumber pendanaan, Made mengatakan pihaknya mengutamakan asset liability matching. Meski begitu ia memperkirakan pola sumber pendanaan belum akan bergeser jauh yakni dari Rp21 triliun kebutuhan 50% akan dipenuhi dari penerbitan surat berharga seperti obligasi, sukuk, hingga MTN. Selain itu 30% diharapkan bersumber dari pembiayaan perbankan sedangkan 20% sisanya merupakan pembiayaan offshore.
“itu juga langsung di hedging,” katanya.
Sementara itu, Suwandi Wiratno, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) mengatakan pertumbuhan rata-rata industri pembiayaan di tahun depan diproyeksikan akan berkisar 5%.
Target pertumbuhan itu merujuk pada proyeksi Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang memperkirakan pertumbuhan penjualan kendaraan bermotor di tahun depan hanya akan berada pada kisaran 4—5%.
“Pertumbuhan itu bisa tercapai dengan adanya sentimen positif dari progam tax amnesty, dan beberapa relaksasi seperti penerapan DP (down payment) lebih ringan juga akan membantu,” jelas Suwandi.