Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Standard Chartered Bank Plc Tetap Komit

PT Bank Permata, Tbk. tak membenarkan kabar berembus bahwa Standard Chartered Bank Plc hendak melepas kepemilikannya atas perseroan. Sebagai gantinya, Grup Mayapada berangsur memborong saham BNLI.
Ilustrasi./Bisnis
Ilustrasi./Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Permata, Tbk. tak membenarkan kabar berembus bahwa Standard Chartered Bank Plc hendak melepas kepemilikannya atas perseroan. Sebagai gantinya, Grup Mayapada berangsur memborong saham BNLI.

Plt. Direktur Utama Bank Permata Bianto Surodjo tidak merespon saat dikonfirmasi Bisnis terkait kabar tersebut, baik melalui telepon maupun pesan singkat.

Sementara itu, Komisaris Independen Bank Permata Tony A. Prasetiantono menyatakan, belum mendapatkan informasi lebih detil.

“Sejauh ini, yang saya tahu, Stanchart tetap berkomitmen tinggi untuk tetap di sini,” kata Tony saat dihubungi Bisnis, Selasa (17/1/2017).

Lebih dari itu, Stanchart pun dinyatakan terus mengupayakan menaikkan CAR [capital adequacy ratio] hingga melebihi 19%.

Achmad K. Permana, Direktur Unit Usaha Syariah Bank Permata, mengutarakan hal senada. Sejauh ini PT Bank Permata Tbk. (BNLI) terus mendapat dukungan dari dua pemegang saham utama, yakni PT Astra International, Tbk. dan Standard Chartered Bank Plc.

Astra dan Standard Chartered menguasai saham Bank Permata (BNLI) dengan porsi yang sama sebesar 44,56%. Artinya masing-masing perusahaan ini memegang porsi sebesar 9,95 miliar saham. Adapun investor publik kepemilikannya di bawah 5% setara 2,43 miliar saham.

Achmad juga menyatakan kabar pembelian sahamnya oleh Grup Mayapada sebagai informasi spekulatif. “Secara umum kami tidak dalam posisi untuk berkomentar lebih jauh tentang kabar yang spekulatif mengenai Mayapada Group,” ucapnya kepada Bisnis secara terpisah.

Belum ada penjelasan lebih rinci terkait kabar pembelian saham BNLI oleh Grup Mayapada, termasuk soal grup yang dipimpin Dato Sri Tahir ini akan memborong semua atau sebagian porsi salah satu pemegang saham dalam hal ini Stanchart.

Yang pasti, sejak 2015 terdengar Standard Chartered tengah mengkaji untuk melepas sahamnya di BNLI. Tapi, Direktur Utama Bank Permata Roy Armand Affandy sempat menampik informasi ini. “Mereka [Stanchart Plc] tidak ada rencana untuk menjual sahamnya di Permata,” ucapnya.

Kepala Hubungan Investor PT Astra International, Tbk. Tira Ardianti tak menjawab spesifik siapkah pihaknya membeli, apabila Stanchart benar melepas sahamnya di BNLI. “Astra tidak boleh menambah saham di Permata karena aturan sudah membatasi,” ujarnya kepada Bisnis.

Aturan yang dimaksud adalah Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 56/POJK.03/2016 tentang kepemilikan saham bank umum. Regulasi ini baru ditetapkan pada 7 Desember 2016 oleh Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Hadad.

POJK tersebut menyatakan batas maksimum kepemilikan saham ditetapkan 40% dari modal bank untuk kategori pemegang saham berupa badan hukum lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan nonbank. Sementara itu, sebesar 30% untuk kategori badan hukum bukan lembaga keuangan, sedangkan pemegang saham perseorangan batasnya 20%.

Astra bisa memiliki saham atas BNLI di atas 40% karena perseroan membelinya sebelum POJK tersebut keluar. “Jumlah kepemilikan Astra saat ini sudah lebih dari 30%, ini bisa disebabkan saat akuisisi dulu aturannya masih membolehkan,” kata Tira.

Belakangan mengemuka kabar bahwa Grup Mayapada membeli saham Bank Permata lewat pasar sejak November 2016. Sejauh ini belum disebutkan berapa besar saham BNLI yang sudah dibeli punggawa Grup Mayapada, Dato Sri Tahir.

Per kuartal ketiga tahun lalu, BNLI membukukan kerugian Rp1,23 triliun. Perseroan menyatakan rugi ini diperoleh lantaran masih menyisihkan untuk pencadangan dalam jumlah yang signifikan. Apabila tanpa pencadangan maka Bank permata merauup pertumbuhan laba sebelum pencadangan sebesar 4% menjadi Rp2,9 triliun (yoy).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dini Hariyanti

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper