Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wrap Up RDG BI: Arah Suku Bunga hingga Prospek Ekonomi

Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI Rate di level 5,50% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 17–18 Juni 2025.
Annasa Rizki Kamalina, Patricia Yashinta Desy Abigail
Kamis, 19 Juni 2025 | 08:31
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan saat konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Jakarta, Rabu (19/3/2025). Bisnis/Arief Hermawan P
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan saat konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Jakarta, Rabu (19/3/2025). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI Rate di level 5,50% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 17–18 Juni 2025.

Keputusan ini mencerminkan sikap kehati-hatian BI dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan mendorong pemulihan ekonomi di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi.

Dalam konferensi pers hasil RDG, Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan bahwa kebijakan ini konsisten dengan prakiraan inflasi yang tetap rendah pada 2025 dan 2026.

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 17 dan 18 Mei 2025 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 5,50%," ujarnya, Rabu (18/6/2025).

Selain itu, BI juga mempertahankan suku bunga Deposit Facility di level 4,75% dan Lending Facility di level 6,25%. Keputusan tersebut, menurut Perry, bertujuan untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah sesuai nilai fundamental, serta tetap mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

"[BI Rate ditahan demi] kestabilan nilai tukar rupiah sesuai nilai fundamental, di tengah ketidakpastian pasar global yang masih tinggi, serta tetap perlunya untuk tetap turut mendorong pertumbuhan ekonomi," lanjutnya.

Keputusan menahan suku bunga ini diambil setelah BI memangkas BI Rate sebesar 25 bps pada bulan lalu. Perry menyebutkan bahwa kebijakan ini tetap membuka ruang untuk pemangkasan lebih lanjut, bergantung pada kondisi global.

“Ke depan kami akan mencermati ruang penurunan suku bunga dengan tetap terkendalinya inflasi dan turut mendorong ekonomi. Tentu saja timing-nya akan kami lihat bagaimana kondisi global terutama terhadap stabilitas nilai tukar rupiah,” ungkap Perry.

Stabilitas Rupiah

Nilai tukar rupiah saat ini berada di kisaran Rp16.200 hingga Rp16.300 per dolar AS. Perry menekankan bahwa kestabilan nilai tukar menjadi perhatian utama di tengah ketidakpastian eksternal.

“Kestabilan nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamental di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi, serta perlunya untuk tetap turut mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.

Meski ketidakpastian global sedikit mereda, BI tetap mencermati potensi risiko lanjutan dari dinamika negosiasi tarif resiprokal AS dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah, yang bisa berdampak terhadap perlambatan ekonomi global.

Untuk memperkuat likuiditas dan transmisi kebijakan moneter, BI mencatat telah membeli Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp124,33 triliun hingga 17 Juni 2025. Pembelian dilakukan di pasar sekunder sebesar Rp87,04 triliun dan di pasar primer, termasuk Surat Perbendaharaan Negara (SPN) syariah, sebesar Rp37,29 triliun.

“Ke depan, Bank Indonesia akan terus mengoptimalkan strategi operasi moneter pro-market untuk meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter dalam mencapai sasaran inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah,” kata Perry.

Target pembelian SBN tahun ini ditetapkan sebesar Rp150 triliun, dan realisasi hingga pertengahan Juni telah mencapai 82,89% dari rencana. Perry membuka kemungkinan realisasi bisa melampaui target awal tersebut.

Selain SBN, BI juga mengandalkan sejumlah instrumen untuk mendukung kebijakan likuiditas. Hingga 16 Juni 2025, nilai Sekuritas Rupiah BI (SRBI) mencapai Rp811,11 triliun. Adapun Sekuritas Valas BI (SVBI) dan Sukuk Valas BI (SUVBI) masing-masing sebesar US$2,06 miliar dan US$480 juta.

Implementasi dealer utama sejak Mei 2024 disebut memperkuat pasar sekunder SRBI dan transaksi repo antarpelaku pasar, sehingga meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan BI.

Dampak ke Suku Bunga Perbankan

Penurunan BI Rate pada Mei lalu mulai tercermin pada suku bunga perbankan, meskipun belum signifikan. Suku bunga deposito satu bulan pada Mei 2025 tercatat sebesar 4,81%, turun dari 4,83% pada April 2025. Sementara itu, suku bunga kredit tercatat turun tipis dari 9,19% menjadi 9,18%.

"Bank Indonesia memandang suku bunga kredit perbankan perlu terus menurun sehingga dapat mendorong penyaluran kredit pembiayaan yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional," ujar Perry.

Dukungan Pertumbuhan Ekonomi

BI menegaskan bahwa arah kebijakan ke depan akan tetap mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Perry menyatakan bahwa kebijakan makroprudensial akomodatif terus dioptimalkan, bersamaan dengan penguatan sistem pembayaran.

“Kebijakan makroprudensial akomodatif terus dioptimalkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, dengan berbagai strategi untuk mendorong pertumbuhan kredit dan meningkatkan fleksibilitas pengelolaan likuiditas oleh perbankan,” kata Perry.

Ia juga menambahkan, “Sementara itu, kebijakan sistem pembayaran juga diarahkan untuk turut menopang pertumbuhan ekonomi melalui perluasan akseptasi pembayaran digital, serta penguatan infrastruktur dan konsolidasi struktur industri sistem pembayaran.”

Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 berada di kisaran 4,6%—5,4%. Sinergi antara kebijakan moneter dan fiskal akan terus diperkuat untuk mencapai sasaran tersebut.

Perry menyatakan bahwa pihaknya akan terus bersinergi dengan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan. Inflasi yang rendah memberi ruang untuk pelonggaran suku bunga, tetapi langkah tersebut akan disesuaikan dengan kondisi eksternal.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper