Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Bank Tertekan, Pemangkasan Bunga BI dan The Fed Bisa jadi Angin Segar

Arah pergerakan saham perbankan diprediksi bergantung pada dinamika suku bunga global dan domestik, serta ketidakpastian geopolitik yang masih membayangi.
Ilustrasi bank/shutterstock
Ilustrasi bank/shutterstock

Bisnis.com, JAKARTA — Saham-saham sektor perbankan masih mengalami tekanan, terutama bank BUMN atau Himbara pada sisa akhir semester I/2025.

Namun, sejumlah analis memproyeksikan bahwa arah pergerakan saham sektor ini pada paruh kedua tahun akan sangat bergantung pada dinamika suku bunga global dan domestik, serta ketidakpastian geopolitik yang masih membayangi.

Menurut data perdagangan Selasa (17/6/2025), saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) ditutup turun 0,97% ke Rp5.100, dengan penurunan hingga 10,53% sejak awal tahun atau year to date (ytd).

Selain itu, saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) juga terkoreksi 0,91% ke Rp4.360, meski ytd mencatatkan penguatan 0,23%. 

Sementara itu, saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) melemah 0,75% ke Rp3.960, secara ytd sahamnya mencatatkan penurunan 2,94%. Serta PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) justru menguat 4,35% ke Rp1.200, terpantau secara ytd pun naik 5,26%. 

Di sisi lain, saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) turut naik 1,68% ke Rp9.075. Namun, saham BCA menurun 6,2% ytd. Lalu saham PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) melemah tipis 0,29% ke Rp1.720, turun 0,58% ytd. 

Vice President Infovesta Wawan Hendrayan menilai sektor perbankan masih dalam fase konsolidasi setelah mengalami tekanan signifikan sejak April 2025.

Sentimen positif muncul dari penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia, tetapi belum cukup kuat akibat penundaan kebijakan suku bunga oleh Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserve alias The Fed serta ancaman perlambatan ekonomi global.

“Namun penurunan berikutnya dapat terjadi lagi megingat pertumbuhan ekonomi yang malambat dan justru terjadi beberapa kali deflasi di semester 1,” kata Wawan kepada Bisnis, Selasa (17/6/2025). 

Dia menambahkan, sentimen negatif juga dapat terjadi akibat proyeksi pertumbuhan kredit yang semula 9%–11% telah direvisi menjadi 8%–10%, seiring dengan kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih.

Namun demikian, prospek laba perbankan dinilai tetap positif, apalagi jika The Fed akhirnya menurunkan suku bunga. Penguatan nilai tukar rupiah juga menjadi katalis tambahan bagi sektor ini.

Oleh karena itu, Wawan menyarankan strategi akumulasi saham-saham big banks saat harga terkoreksi. Dia menilai bahwa bank-bank BUMN masih memiliki daya tarik tersendiri karena menawarkan imbal hasil dividen (dividend yield) yang lebih tinggi dibandingkan suku bunga deposito. 

Berdasarkan analisisnya, dia memproyeksikan target harga (TP) saham BBRI dapat mencapai Rp4.750 dalam satu tahun ke depan. Sementara saham BMRI diperkirakan menuju Rp6.350, saham BBTN ke level Rp1.250, dan saham BBNI berpotensi menyentuh Rp5.350.

"Disarankan akumulasi pada saham big banks ketika terjadi koreksi, big bank BUMN masih memiliki dividend yield yang tinggi di atas rate deposito," sebut Wawan. 

Sementara itu, Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer menilai bahwa saham-saham perbankan tetap memiliki peluang menarik di sisa 2025, meskipun ruang pertumbuhannya cenderung lebih moderat dibanding awal tahun. 

“Memasuki semester dua, fokus pasar akan tertuju pada arah suku bunga acuan, stabilitas nilai tukar, dan juga permintaan kredit menjelang akhir tahun,” jelas Miftahul kepada Bisnis

Dia menyebut, penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia maupun The Fed berpotensi menjadi angin segar bagi sektor perbankan karena bisa mendorong permintaan kredit dan menekan cost of fund yang sempat menjadi beban pada kuartal I/2025.

Tak hanya itu, menurutnya, sentimen dukungan Danantara terhadap Program 3 Juta Rumah senilai Rp130 triliun juga berpotensi menjadi katalis positif. 

“Bank-bank Himbara seperti BBRI, BMRI, BBNI, BTN, serta BRIS terlibat langsung dalam program ini. Ini membuka ruang ekspansi kredit perumahan di semester kedua, terlebih dengan mulai stabilnya suku bunga dan dorongan dari pemerintah,” tambahnya.

Dari sisi valuasi, Miftahul menilai saham BBCA, BMRI, dan BBRI masih tergolong undervalue. “Momentum akumulasi layak dipertimbangkan, terutama pada bank-bank buku IV dengan fundamental kuat dan potensi pertumbuhan kredit yang sehat,” tegasnya. Dia merekomendasikan akumulasi untuk BBRI dengan target harga Rp4.720 dan BMRI di Rp6.300.

Sementara itu, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas M. Nafan Aji Gusta Utama menyampaikan optimisme terhadap kinerja perbankan di semester II/2025.

Dia mengatakan bahwa penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia akan mendorong ekspansi kredit, terutama kredit berkualitas tinggi alias high quality loan.

“Likuiditas perbankan juga terjaga kuat dan NPL berhasil ditekan. Secara fundamental, sektor ini masih solid dan layak untuk dikoleksi secara jangka panjang,” kata Nafan.

Dia merekomendasikan akumulasi saham-saham big four seperti BBCA, BMRI, BBRI, dan BBNI masih berada dalam posisi yang bullish. Oleh karena itu, dia menyarankan investor untuk melakukan pembelian secara bertahap (accumulative buy) terhadap saham-saham tersebut.

Untuk saham BBCA, Nafan memperkirakan potensi kenaikan (TP) bertahap menuju level Rp9.500, lalu ke Rp9.800, hingga ke puncak Rp13.000. Saham BBNI diperkirakan menuju Rp4.780 dan kemudian Rp5.200. 

Adapun saham BBRI diprediksi menguat ke Rp4.190, lalu Rp4.280, hingga Rp4.660. Sedangkan saham BMRI diperkirakan berpotensi menguat ke Rp5.275, Rp5.425, hingga Rp7.250. Untuk saham BRIS, target kenaikan berada di kisaran Rp2.640 hingga Rp3.160 per saham.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper